Respons Presiden Joko Widodo terhadap gelar The King of Lip Service yang disematkan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia untuk dirinya dirasa masih kurang pas.
- Soal Anies Antitesa Jokowi, Hasto: Aspek Etika Timbukan Persoalan Tata Pemerintahan yang Serius
- PPP Serap Aspirasi Akar Rumput yang Dukung Ganjar Pranowo
- Komisi IV Ingatkan Antisipasi Ancaman Krisis Pangan
Dalam respons yang disampaikan kemarin (Selasa, 29/6) di Istana Negara, Jokowi tidak secara tegas meminta Rektorat UI menghentikan tekanan terhadap BEM UI. Sebaliknya, Jokowi malah menekankan soal sopan santun yang seharusnya disampaikan di ruang personal.
"Akan lebih kuat jika ada statement Presiden Jokowi yang secara tegas melarang kampus gegabah," demikian kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedy Kurnia Syah kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (30/6).
Seharusnya, kata Dedi, Jokowi secara terbuka meminta Rektor UI tidak memanggil BEM UI hanya karena memberikan gelar The King of Lip Service untuk dirinya.
"Respons Presiden yang tidak disertai dengan rekomendasi agar Universitas Indonesia tidak sewenang-wenang bisa ditafsirkan sebagai sikap merestui tindakan membelenggu kebebasan berpendapat," demikian kata Dedi.
BEM UI dipanggil pihak Rektorat UI usai mengunggah meme kritik kepada Presiden Joko Widodo pada Minggu (27/6).
Pihak Rektorat UI mengatakan, panggilan itu merupakan bentuk pembinaan. Usai pemanggilan pihak Rektorat UI meminta agar BEM UI menghapus pesan The King of Lip Service itu.
Langkah Rektorat UI ini menuai gelombang kecaman dari berbagai kalangan. Masyarakat menilai apa yang telah dilakukan Rektorat UI mirip kelakuan Orde Baru yang membungkam nalar kritis masyarakat.
- Jangan Ditunda Lagi, Segera Larang WN India Masuk Indonesia
- Politikus PKS Imbau Panitia Pelaksana Pemotongan Hewan Kurban Perhatikan Prokes
- Biaya Kereta Cepat Membengkak, Satyo Purwanto: Kalau di Korut Pimpronya Ditembak Mati