Ada WNI Pegang Paten AstraZeneca, Henrykus Sihaloho: Mengapa Kita Beli Vaksin Lebih Mahal?

Carina Citra Dewi Joe atau Carina Joe, peneliti di Jenner Institute University Oxford, salah satu pemilik hak paten vaksin Covid-19 AstraZeneca/Net
Carina Citra Dewi Joe atau Carina Joe, peneliti di Jenner Institute University Oxford, salah satu pemilik hak paten vaksin Covid-19 AstraZeneca/Net

Berita dua peneliti asal Indonesia yakni Carina Citra Dewi Joe dan Indra Rudiansyah, yang ikut dalam pengembangan vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca, semestinya difollow up pemerintah Indonesia dengan aksi nyata.


Dosen Universitas Katolik Santo Thomas di Medan, Henrykus Sihaloho, menyarankan Presiden Joko Widodo untuk segera bertindak mendapatkan vaksin itu dalam jumlah yang cukup.

Selain karena ada keterlibatan WNI, vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca juga kerap disebutkan memiliki efikasi yang lebih tinggi dari vaksin Sinovac buatan China yang banyak digunakan di tanah air.

“Mengapa kita membeli vaksin yang jauh lebih mahal tetapi memiliki efikasi yang rendah?” tanya Henrykus dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (1/8).

Dia mengatakan, ini saat yang tepat bagi pemerintah Indonesia untuk menyediakan vaksin dengan kualitas tinggi kepada warga negara.

Henrykus memuji keterlibatan kedua Carina dan Indra dalam pembuatan vaksin AstraZeneca. Terlebih Carina yang juga memegang paten vaksin Covid-19 AstraZeneca di bidang manufacturing scale up atau  produksi dalam skala besar.

Henrykus menyarankan Presiden Jokowi memerintahkan Dutabesar RI untuk Inggris, Desra Percaya, untuk segera mengeksekusi hal ini.

“Ini bentuk kepercayaan dan cinta kita kepada karya anak bangsa,” kata Henrykus lagi.