Tunggu Bantuan Pemerintah, Warga Harus Membeli Air Bersih Akibat Kekeringan

Sejumlah warga sedang antri membeli air/RMOLJatim
Sejumlah warga sedang antri membeli air/RMOLJatim

Musim kemarau mulai dirasakan dampaknya oleh sebagian masyarakat di Situbondo, Jawa Timur. Sulitnya mendapatkan air bersih untuk kebutuhan konsumsi dan minum ternak, harus dihadapi oleh warga.


Salah satu daerah yang mulai merasakan krisis air bersih itu, adalah puluhan kepala keluarga (KK) di Dusun Bendhusa dan Ampenang, Desa Jatisari, Kecamatan Arjasa.

Untuk mendapatkan air bersih, warga di dua dusun ini terpaksa membeli, dengan harga per jerigen ukuran 25 liter sebesar Rp 1000. Itupun, warga harus berjalan sejauh dua hingga tiga kilo meter ke titik sumber air.

"Untuk kebutuhan sehari saya itu butuh enam jerigen, jadi harus bayar untuk membeli air sebesar Rp 6 ribu," ujar Sunarsih, salah seorang warga kepada Kantor Berita RMOLJatim, Senin (30/8).

Masih menurut Sunarsih, ditengah penghasilan suaminya yang turun drastis lantaran pandemi Covid-19, membeli air dengan harga seribu rupiah dirasa menambah beban biaya hidup. Kebutuhan enam jerigen air itu, untuk kebutuhan memasak, dan mandi, serta ternaknya. Untuk mengirit air bersih, dirinya dan keluarga mengaku harus mandi sekali dalam sehari.

"Penghasilan suami saya sehari sekarang Rp 25 ribu, itupun kalau ada yang nyuruh kerja, ini sekarang air bersih harus beli, bagi yang punya uang mungkin murah ya, bagi kami membeli air bersih itu cukup membebani, tetapi mau bagaimana lagi," sambungnya. 

Beruntungnya, pemilik tandon air yang biasa menyediakan air bersih, beber Sunarsih lagi, bisa dihutang dan membayar saat dirinya sudah ada uang.

Dirinya mewakili warga lainnya berharap, krisis air dimasa pandemi covid 19 ini, ada bantuan air bersih gratis dari pemerintah. Biasanya bantuan air bersih selalu ada, tetapi entah kenapa, sampai saat ini belum ada bantuan air bersih. 

"Biasanya mulai masuk musim kamarau sudah ada bantuan air. Tapi sampai sekarang ini kok belum ada. Kalau ada bantuan itu enak pak, selain gratis kita ngambil airnya juga lebih dekat," ujarnya lagi.

Sementara itu, Buhar, warga yang diketahui menjual air bersih mengaku, jika dirinya juga harus membayar air bersih kepada warga lainnya pemilik tandon air bersih di desanya, dengan harga Rp 7500 per meter kubik. "Ini tidak gratis, saya membayar juga ke pemilik punya tandon air," beber Buhar.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Situbondo, Zainul Arifin mengatakan, sejauh ini pihaknya mengaku belum menerima surat permintaan air bersih dari kecamatan, maupun pihak lain, meski demikian BPBD sudah menginvetarisir daerah mana saja yang mengalami kekeringan dan kesulitan akan air bersih.

"Kita akan turun dan survei untuk menentukan titik distribusi air bersih, yang jelas daerah mana saja yang menjadi langganan kekeringan setiap musim kemarau, kami sudah paham itu, karena kekeringan ini kan setiap tahun pasti ada," pungkasnya.

Informasi lain yang diperoleh Kantor Berita RMOLJatim, setidaknya ada enam kecamatan di Situbondo yang memiliki wilayah rawan akan bencana kekeringan setiap menghadapi musim kemarau.