Bersaing Dengan 1.831 Objek Wisata, Ini Alasan Kenapa Kampung Blekok Masuk Nominasi Wisata Nasional

Pesona hutan mangrove yang menjadi habitat asli burung blekok/RMOLJatim
Pesona hutan mangrove yang menjadi habitat asli burung blekok/RMOLJatim

Dihuni ribuan burung jenis Blekok, hutan mangrove yang berdiri diatas lahan kurang lebih 27 hektar, Kampung Blekok di Desa Klatakan, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur menjadi salah satu nominator Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI.


Ekowisata yang selama ini dikelola Pemkab dan desa setempat itu, masuk 50 nominator desa wisata se Indonesia, setelah sebelumnya harus bersaing dengan 1.831 desa wisata di seluruh Nusantara.

"Ini prestasi yang luar biasa. Karena awalnya ada 1.831 desa wisata di Indonesia yang terjaring. Sekarang sudah tersisa 50 desa wisata. Jawa Timur sendiri ada enam desa wisata yang masuk 50 besar," ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jatim, Sinarto, daoam rekaman audio yang diterima Kantor Berita RMOLJatim, Senin (6/9).

Enam desa wisata di Jawa Timur yang masuk dalam 50 besar, beber Sinarto, diantaranya Kampung Blekok di Kabupaten Situbondo, Sanankerto di Kabupaten Malang, Kampung Majapahit Bejijong di Kabupaten Mojokerto, Tamansari di Kabupaten Banyuwangi, Ranupani di Kabupaten Lumajang, dan Serang di Kabupaten Blitar. 

Apa yang membuat Kampung Blekok masuk nominasi nasional ? "Kampung Blekok punya nilai unggul, yaitu ekowisata," ujarnya lagi.

Sementara itu, Bupati Situbondo, Karna Suswandi, berjanji untuk mendukung pengembangan ekowisata Kampung Blekok. Terlebih, wisata yang berada persisi di sisi Utara jalan Pantura tersebut masok nominasi anugerah wisata di level Nasional.

"Ekowisata di Kampung Blekok ini perlu pembenahan. Dengan harapan, bisa masuk menjadi 10 nominator ADWI. Target Pemerintah yang bisa juara," ujar Karna. 

Hak itu bisa terwujud, beber Karna, dengan catatan harus bekerja secara tim. Bukan kemudian harus menjadi tanggungjawab Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Pariwisata. Sebab aspek penilaian ADWI, menurut Karna lagi, ada tujuh kategori diantaranya, penilaian desa digital, konten kreatif, daya tarik wisata, homestay, toilet, suvenir, dan penilaian CHSE yang meliputi clean, health, safe, dan environment.

"Semua organisasi perangkat daerah (OPD) harus ambil peran. Karena ini harus dikerjakan bersama-sama, agar ekowisata di Kampung Blekok bisa terwujud," ujarnya lagi.

Yakin bisa masuk 1p besar, bahkan harus menjadi juara ? Karna lagi-lagi berkata cukup yakin. Keyakinam itu cukup beralasan, ternyata Kampung Blekok atau jenis wisata eko ini hanya ada di Situbondo.

"Kampung Blekok itu punya nilai unggul, yaitu ekowisata yang dikelola, antara lain ada edukasi mengenal alam, ada mangrove, burung berbagai spesies salah satunya blekok. Itu menjadi perhatian nasional, sebab yang lain tidak punya itu," tutupnya.

Pantauan Kantor Berita RMOLJatim di lokasi, untuk menuju Kampung Blekok pengunjung harus berjalan kaki sejauh 200 meter melintasi perkampungan warga. Untuk menikmati pesona alam, ada dermaga kayu yang dibangun mengintari semua sudut hutan mangrove tersebut.

Pengunjung biasanya ramai ketika menjelang sore, karena saat itu burung blekok dan burung lainnya mulai berdatangan ke kawasan konservasi tersebut.