Anwar Sadad: Yang Menolak Amendemen Bisa Dipahami Karena Khawatir Bangsa Terbelah

Ketua DPD Gerindra Jawa Timur Anwar Sadad jadi pembicara di seminar di UIN KH Ahmar Sidiq, Jember/Ist
Ketua DPD Gerindra Jawa Timur Anwar Sadad jadi pembicara di seminar di UIN KH Ahmar Sidiq, Jember/Ist

Ketua DPD Gerindra Jawa Timur Anwar Sadad jadi pembicara di seminar di UIN KH Ahmar Sidiq, Jember tentang wacana amandemen UUD 1945 dalam perspektif akademis. Sadad optimis, minat anak muda untuk terjun di dunia politik di masa depan semakin baik.


"Saya optimis wajah masa depan politik di Indonesia akan lebih baik," ujar Sadad dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Jumat (24/9).

Sadad mengaku gembira bahwa ada sekumpulan anak-anak muda yang concern pada persoalan politik dan konstitusi.

"Beberapa pemaparan lembaga survei yang dirilis menunjukkan semakin tingginya apatisme generasi milenial terhadap persoalan politik. Ada lembaga survei yang menyebutkan hanya 22 persen dari generasi millenial tertarik pada politik," terangnya.

"Tapi hari ini saya merasa exited, di kampus ini tema tentang konstitusi dan wacana amandemen didiskusikan dengan cukup serius oleh anak-anak muda," sambungnya.

Dalam acara tersebut, Sadad juga menyinggung terkait isu amandemen UUD 1945 yang menimbulkan pro dan kontra. Wakil Ketua DPRD Jatim ini menegaskan bahwa pro kontra itu telah ada sejak republik ini baru berdiri.

"Bagi yang pro amandemen, didasari pada dinamika dan perkembangan hubungan politik dan sosial yang terus berubah, sebagai suatu keniscayaan sejarah. Terutama dalam hal untuk membatasi kekuasaan agar tidak sewenang-wenang, di satu sisi, dan menjamin kedaulatan dan hak-hak warga di sisi lain. Akan tetapi pikiran yang menolak amandemen juga dapat dipahami sebagai kekhawatiran terbelahnya bangsa ini yang telah dengan susah payah dipersatukan oleh para pendiri bangsa," ungkapnya.

"Faktanya selalu ada dialektika antara kekuatan yang mengusung spirit of nationalism dan mereka yang mengusung spirit of constitutionalism," tandasnya.

Dalam seminar ini diikuti perwakilan senat mahasiswa perguruan tinggi keagamaan Islam Negeri se Jawa dan Nusa Tenggara. Kegiatan ini merupakan rangkaian musyawarah wilayah yang digelar selama dua hari.