Menengok Megahnya Pos Lintas Batas Indonesia Dan Papua Nugini Yang Kini Ditutup Karena Pandemi

Anggota DPRD Jatim saat berada di PLBN Skouw/ist
Anggota DPRD Jatim saat berada di PLBN Skouw/ist

Gerbang besi berwarna putih itu mulai dibuka. Tak lama kemudian, beberapa pengunjung yang berpegangan di jeruji terlihat keluar melalui pintu Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw di Distrik Muara Tani.


Dengan pengawalan ketat anggota Brimob, pegunjung memasuki wilayah netral yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini.

"Ini kalau mau kesana harus ada pengawalan," kata John warga distrik Skouw yang bertugas membuka gerbang PLBN Skouw di Distrik Muara Tani.

Beberapa pengunjung nampak berswafoto di depan pintu gerbang perbatasan Papua Nugini yang tertutup rapat. Dari kejauhan, bangunan pos perbatasan Papua Nugini, yang dikelilingi pagar besi terlihat kosong melompong dan tidak terlihat ada penghuninya.

Suasana berbeda terlihat di PLBN Skouw yang lebih ramai. Ya, Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Terpadu Skouw di Distrik Muara Tami dibuka siang itu.

PLBN Skouw yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada tahun 2017 itu merupakan salah satu beranda Indonesia yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini. Keduanya dipisahkan oleh gerbang masing-masing perbatasan dan area netral yang ada di antara gerbangnya.

John menuturkan,  pos perbatasan di distrik Skouw itu ditutup sejak tahun 2020 lalu. Ketika virus Covid 19 mengamuk di Indonesia.

Namun, sejak penyelenggaraan PON XX di Papua, pemerintah memberi kebijakan membuka pos  tersebut, agar pengunjung bisa berfoto dan melihat megahnya pos perbatasan tersebut.

"Ini ditutup tahun 2020 sampai hari ini. Sekarang kita buka tutup karena ada PON jadi buka tutup," katanya.

Dia menuturkan, sebelum ditutup, kondisi perbatasan sangat ramai. Pasalnya, warga Papua Nugini banyak yang menyeberang untuk membeli bahan makanan di pasar distrik Skouw yang masuk wilayah Indonesia.

"Biasanya orang Papua Nugini beli disini seperti makanan kaleng, sosis, minuman cola karena harganya disini lebih murah," katanya.

Sementara itu, Bob, warga Papua yang berjualan di perbatasan mengaku omsetnya menurun semenjak pos perbatasan ditutup. Bisanya, dia bisa menjual berbagai macam makanan kaleng dan minuman kepada warga Papua Nugini.

Selain berjualan, Bob juga punya tempat wisata di pantai dekat perbatasan.

"Tiap hari saya dulu dapat Rp 15 juta. Karena selain berjualan saya punya tempat wisata. Pengunjung yang masuk kan bayar dari situ," katanya.

 Bob berharap agar pemerintah bisa membuka pos perbatasan di Skouw dan bernegosiasi dengan pemerintah Papua Nugini. Supaya perekonomian di perbatasan Papua kembali menggeliat.

"Kalau sekarang paling banyak sehari cuma Rp 3 juta saja. Itu kalau pas ramai seperti saat ada PON seperti ini," tambahnya.

Dari pantauan, PLBN Skouw berdiri megah. Desain Gedung PLBN Skouw ini mengusung budaya lokal Papua dengan mengadaptasi bentuk bangunan khas Rumah Tangfa, penggunaan ornamen lokal.

Selai tinggi, warna gerbang juga cukup mencolok. Warnanya merah-putih, menyerupai warna bendera Indonesia. Di bagian tengah, ada logo Garuda yang cukup besar. Sementara di kanan dan kiri gerbang dihiasi bendera kebanggaan Ibu Pertiwi.

Ketika melewati gerbang, tentara dengan sigap berjaga di tapal batas tersebut. Saat menengok ke kanan, ada mercusuar yang menjulang tinggi. Lengkap dengan bendera Indonesia berukuran raksasa.