Aktivis Menolak Tambang Emas Gunung Salakan, Gambar Bupati Banyuwangi Mau Dibakar

Peserta aksi di depan Kantor Bupati Banyuwangi hendak membakar gambar Ipuk Fiestiandani/ist
Peserta aksi di depan Kantor Bupati Banyuwangi hendak membakar gambar Ipuk Fiestiandani/ist

Belasan orang yang tergabung dalam Gerakan Rakyat Banyuwangi Bersatu mengadakan Festival Demo di depan Kantor Bupati Banyuwangi. Dalam kegiatan itu mereka hendak membakar gambar Bupati Banyuwangi.


Namun, gambar Bupati Ipuk Fiestiandani pada secarik kertas itu direbut oleh aparat kepolisian yang mengamankan kegiatan tersebut. Sehingga, niat mereka membakar gambar itu urung dilakukan.

Koordinator Gerakan Rakyat Banyuwangi Bersatu, Bondan Madani mengatakan, aksi bakar gambar itu merupakan bentuk peringatan terhadap Bupati. 

"Iya mau dibakar, tapi diambil polisi," ujar Bondan usai aksi dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Jumat (12/11).

Dalam aksi itu mereka juga menyuarakan menolak rencana pertambangan emas di Gunung Salakan, Kecamatan Pesanggaran. Menurutnya, adanya pertambangan itu merupakan ancaman serius bagi kerusakan hutan dan terjadinya bencana.

"Tentu ini menjadi ancaman serius akan terjadinya bencana. Karena di Dusun Pancer yang berdekatan dengan Gunung Salakan, juga pernah terjadi tsunami pada juni 1994 dan ini tentu menjadi trauma tersendiri bagi warga Pancer," paparnya.

Masyarakat di Gunung Salakan, kata dia, juga melakukan penolakan keras adanya rencana penambangan emas tak jauh dari wilayah mereka. Itu, ditandai dengan pendirian tenda perjuangan di pinggir jalan menuju Pancer dan telah berdiri sejak tahun 2020.

Mereka menilai, bahwa perusahaan operator tambang yang telah beroperasi hingga saat ini juga belum dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat Banyuwangi secara luas.

Justru membikin terjadinya konflik sosial di antara warga yang berkepanjangan, konflik antar saudara, keluarga, teman terus terjadi. Ada yang pro dan kontra tambang emas.

Selain, menyuarakan aksi penolakan tambang emas, massa aksi juga mendesak pemerintah daerah untuk mengembalikan wilayah Kawah Ijen ke pangkuan Kabupaten Banyuwangi.

"Perdebatan tentang perbatasan Banyuwangi dan Bondowoso di subsegmen Kawah Ijen sampai detik ini masih menggelinding di masyarakat," katanya. 

Oleh karena itu, peserta aksi mengajak sejumlah elemen masyarakat untuk tetap memperjuangkan tapal batas subsegmen Kawah Ijen. Serta mendesak Bupati Banyuwangi melakukan langkah-langkah hukum maupun pendekatan kembali terhadap para pihak agar Kawah Ijen tetap masuk wilayah Bumi Blambangan.

Sementara itu, Korlap aksi Mahfud Wahid menambahkan, pada aksi yang mengusung nama Festival Demo itu juga menagih janji hingga visi-misi Bupati-Wabup Banyuwangi saat kampanye. 

Visi-misi itu, kata dia, merupakan kontrak politik bagi masyarakat. Oleh karenanya mereka meminta untuk segera merealisasikan. Seperti, 10 ribu lapangan pekerjaan yang hingga saat ini belum ada arah kebijakan untuk mewujudkannya.

"Jangan jadikan visi-misi dan janji politik Bupati dan Wakil Bupati Banyuwangi halusinasi saja," tegas Mahfud.