Filosofi Tanjak dan Jenis yang Sering Digunakan di Sumsel

Gubernur Sumsel Herman Deru dan Wali Kota Prabumulih Ridho Yahya mengenakan baju adat Sumsel lengkap dengan Tanjak pada momen HUT Kota Prabumulih ke-20 tahun 2021/RMOLSumsel
Gubernur Sumsel Herman Deru dan Wali Kota Prabumulih Ridho Yahya mengenakan baju adat Sumsel lengkap dengan Tanjak pada momen HUT Kota Prabumulih ke-20 tahun 2021/RMOLSumsel

Bagi masyarakat Sumatera Selatan (Sumsel), tentu tidak asing lagi dengan yang namanya Tanjak, hiasan kepala yang biasa dipakai dalam acara-acara penting. Saat ini, penggunaan Tanjak terus dikampanyekan untuk menjadikan Tanjak sebagai salah satu simbol dari Bumi Sriwijaya.


Budayawan sekaligus sejarawan Palembang, Kemas Ari Panji menerangkan, Tanjak berasal dari kata nanjak yang memiliki arti naik.

“Untuk filosofinya berasal dari kata nanjak, yang mana dalam bahasa Palembang itu artinya naik,” ujarnya, dilansir dari Kantor Berita RMOLSumsel, Minggu (14/11).

Menurutnya, hal tersebut memiliki arti bahwa orang yang memakai Tanjak akan didoakan kehidupannya agar lebih baik, seperti marwahnya, derajatnya, hingga rezekinya.

Sebagai contoh, Kemas menyebutkan orang yang memakai Tanjak akan terlihat lebih gagah dan berwibawa. Hal tersebut karena marwah atau derajatnya diangkat setelah memakai Tanjak.

Kondisi ini disebabkan pada zaman dahulu, orang yang memakai Tanjak hanya berasal dari golongan orang-orang yang mempunyai jabatan dan karier yang bagus. Sehingga tidak semua orang bisa menggunakan Tanjak.

Kemas berkeyakinan pemakaian Tanjak sudah ada sejak zaman Kerajaan Sriwijaya. Meski demikian dirinya belum tahu secara pasti dan masih dibutuhkan kajian lebih mendalam terkait sejarah dari hiasan kepala khas Melayu ini.

“Kita tidak tahu pasti pada zaman kapan mulainya. Namun yang jelas pemakaian Tanjak ini sudah ada pada zaman kesultanan,” ucapnya.

Sementara itu, untuk jenis Tanjak yang banyak dipergunakan di Sumsel, Kemas mengatakan sedikitnya terdapat empat jenis tanjak, yakni Tanjak Kepodang, Tanjak Belah Mumbang, Tanjak Meler, dan Tanjak Rantau Ayaw.

Tanjak Kepodang memiliki bentuk yang terinspirasi dari kepala burung Kepodang, yang di kepalanya terdapat lis berbentuk segitiga dan mengarah ke atas.

Lalu ada Tanjak Belah Mumbang, yang terinspirasi dari putik yang terbelah untuk bakal buah.

“Kalau tanjak Meler itu terinspirasi dari bentuk yang menjuntai dan ada yang melentok (bengkok) di depannya,” katanya.

Sedangkan untuk Tanjak yang sering ditemui pada acara-acara di Sumsel adalah Tanjak Rantau Ayaw, yang bentuknya hanya dilipat berbentuk segitiga dan memiliki jendolan.

“Bahan dari Tanjak inipun biasa dipakai hanya ada dua, yakni dari batik dan songket Palembang,” pungkasnya.