Gunung Semeru mengalami erupsi pada Sabtu, 4 Desember 2021. Kepulan awan hitam dan lahar panas menggelapkan langit di sekitar Kabupaten Lumajang dan Malang.
- Unesa Gelar Pionir 2024, Bekali Mahasiswa Jadi Pengusaha Sukses di Era Digital
- Prodi Sistem Informasi Unesa Gelar Guest Lecture, Memahami Perubahan Kebutuhan dalam Proyek-proyek TI
- Bersama Jerome Polin, Rian Fahradi, dan Elsa Japasal, Wali Kota Eri Ajak 8 Ribu Gen Z di Surabaya Berani Wujudkan Mimpi
Beberapa perkampungan lereng gunung terendam lumpur dan memakan beberapa korban.
Sementara belasan korban yang ditemukan. Para warga pun terpaksa diungsikan ke kawasan aman.
Saat erupsi itu terjadi, empat mahasiswa UNESA jurusan Bahasa dan Sastra Inggris UNESA yang terdiri dari M. Alwi Hussein, Eka Syamratul Fikriyah, Ajeng Tialin Natasya dan Putri Nurlailia sedang melakukan magang desa wisata di Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, Lumajang. Kecamatan Candipuro, tempat mereka magang merupakan salah satu yang terdampak terpaan abu vulkanik.
Namun, khusus di desa basecamp mereka, tidak terlalu parah dan dijadikan sebagai tempat pengungsian sementara bagi warga desa lainnya.
Tempat Magang Jadi Posko Bencana
Eka Syamratul Fikriyah, menceritakan bahwa sejak erupsi pertama terjadi, ia dan tiga temannya langsung mengalihkan program magangnya ke program relawan membantu proses evakuasi dan meringankan beban warga di tempat pengungsian. Bahkan ia dan teman-temannya menjadikan basecamp magang sebagai posko bencana.
Sehari-hari mereka membantu petugas melakukan pendataan korban dan kerusakan di lapangan. Selain itu, juga membantu dalam pendistribusian barang kebutuhan pokok warga di lokasi. “Kami bantu warga dan masyarakat, kami harus jadi relawan, ini penting dan untuk kemanusiaan,” ujar Eka Syamratul pada Senin, 6 Desember 2021.
Ia menceritakan, kondisi warga di Candipuro memprihatinkan, tangisan dan duka warga tak terhindarkan. Banyak warga yang kehilangan rumah bahkan anggota keluarganya yang tertimpa lumpur. Warga kembali ditakutkan, setelah terjadi erupsi susulan. “Semoga tidak terjadi erupsi lagi,” harapnya.
Warga Perlu Kebutuhan Pokok Hingga Obat-obatan
Di lokasi pengungsian, salah satunya di posko yang mereka siapkan, warga membutuhkan bantuan dan uluran tangan dari semua saudara-saudara di berbagai daerah. Kebutuhan utama di sana, yaitu kebutuhan pokok seperti air bersih, makanan, hingga pakaian. Kemudian, juga tempat tidur sementara seperti tikar, tenda-tenda posko, bantal dan mantel.
“Obat-obatan juga perlu, agar kondisi warga yang mengungsi bisa sehat dan masih banyak lagi. Kalau untuk anak-anak dan lansia kita bantu larikan ke puskesmas terdekat,” terangnya.
Dia dan rekan-rekannya berharap erupsi tidak terjadi dan bantuan dari yang lain bisa terus mengalir untuk meringankan beban warga yang terdampak erupsi.
Berikan Trauma Healing
Selain kebutuhan materil, para korban, khususnya anak-anak di sana juga membutuhkan sentuhan prikologis. Karena itu, relawan besutan SMCC UNESA juga berangkat ke Lumajang.
Tujuannya untuk membantu proses evakuasi program dan paling penting adalah melakukan trauma healing pascabencana.
“Doa dari segenap masyarakat di Indonesia juga tak kalah penting agar bencana ini lekas berakhir, serta korban-korban yang masih belum ditemukan segera mendapat titik terang,” harap Alwi Hussein.[adv]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Unesa Gelar Pionir 2024, Bekali Mahasiswa Jadi Pengusaha Sukses di Era Digital
- Prodi Sistem Informasi Unesa Gelar Guest Lecture, Memahami Perubahan Kebutuhan dalam Proyek-proyek TI
- Bersama Jerome Polin, Rian Fahradi, dan Elsa Japasal, Wali Kota Eri Ajak 8 Ribu Gen Z di Surabaya Berani Wujudkan Mimpi