Retno Marsudi: OKI Harus Jadi Jembatan Bagi Afghanistan

Pertemuan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dengan perwakilan Taliban/Ist
Pertemuan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dengan perwakilan Taliban/Ist

Situasi di Afghanistan yang terus memburuk merupakan momentum bagi Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk menunjukkan solidaritas.


OKI harus dapat memobilisasi dukungan dan sumber daya untuk menangani krisis kemanusiaan di Afghanistan, dan menjadi jembatan bagi negara tersebut dengan negara-negara donor.

Begitu yang dikatakan oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada pertemuan luar bisa para menlu OKI terkait situasi di Afghanistan. Pertemuan digelar di Islamabad, Pakistan pada Minggu (19/12).

"Dalam kaitan ini saya telah sampaikan bahwa Indonesia sudah siap untuk berkontribusi. Indonesia saat ini sedang siapkan bantuan makanan, berkoordinasi dengan bada-badan PBB yang berada di lapangan," kata Retno, dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL, Senin (20/12).

Retno mengatakan, penting untuk membuat roadmap mengenai upaya memenuhi komitmen Taliban untuk membentuk pemerintahan inklusif seperti yang mereka sampaikan pada 16 Agustus lalu, termasuk menghormati HAM, hak perempuan, dan anak perempuan, serta tidak menjadikan Afghanistan sebagai sarang terorisme.

"Saya tekankan, semua inisiatif OKI akan sulit diimplementasikan tanpa ada kemajuan yang signifikan dari Taliban untuk memenuhi janji-janjinya," tegas menlu perempuan pertama di Indonesia itu.

Untuk itu, Retno menyebut, pendekatan "Help Us to Help You" dengan Taliban harus dilakukan, di mana OKI dapat berperan sebagai jembatan dengan negara donor.

"Sebuah roadmap bantuan kemanusiaan dan pengaliran kebutuhan keuangan dapat dibahas dengan donor di berbagai fora terkait," pungkasnya.

Setelah Taliban mengambil alih kekuasaan pada pertengahan Agustus lalu, situasi di Afghanistan memburuk. Sebanyak 23 rakyat Afghanistan menghadapi ancaman kelaparan, fasilitas kesehatan dipenuhi anak-anak kurang gizi, sementara 70 persen guru tidak mendapatkan gaji dan jutaan anak terancam putus sekolah.