Catatan Natal Firli, Peran Pemeluk Agama Tingkatkan Budaya Antikorupsi Hingga Pentingnya Kesederhanaan

Firli Bahuri
Firli Bahuri

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri memaknai bahwa perayaan Natal ialah berisikan nilai-nilai perjuangan, pengorbanan khususnya kesederhanaan yang dapat dijadikan tauladan baik bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.


Firli mengemukakan, dalam ajaran Nasrani, Yesus disebutkan telah memperlihatkan kesederhanaan dalam hidupnya. Begitu pula Rasulullah Muhammad SAW, nabi akhir zaman yang dikenal sebagai sosok sederhana, meski beliau adalah pemimpin besar umat di dunia.

Oleh karena itu menurutnya, sederhana adalah sikap yang mengedepankan kebijaksanaan dalam memandang serta menjalani hidup dan kehidupan di alam fana. Sebaliknya glamoristik, bergaya hidup hedonis dan gemar menonjolkan kemewahannya, sehingga cenderung tergerak mengikuti hawa nafsu dan rasa tamak.

Tamak atau ketamakan dapat mengamputasi sisi dan nilai-nilai kemanusiaan seorang manusia, merubah tabiat serta perilakunya menjadi rakus layaknya seekor tikus, tidak pernah puas karena selalu merasa kurang dengan apa yang sudah diperoleh atau dimilikinya.

“Dan yang pasti, rasa tamak adalah pemicu utama seseorang untuk berperilaku koruptif, sehingga berani melakukan tindak pidana korupsi yang dampak destruktifnya, bukan hanya merugikan keuangan atau perekonomian semata namun juga dapat menghancurkan tujuan bernegara suatu bangsa,” kata Firli dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Sabtu malam (25/12).

Sebagai ujung tombak pemberantasan korupsi di Indonesia, Firli menekankan bahwa KPK tentunya membutuhkan peran serta andil nyata segenap pemeluk agama dan kepercayaan di republik ini termasuk umat Nasrani, untuk mengentaskan penyakit kronis (korupsi) yang telah berurat akar di negeri ini.

Komandan pemerantasan korupsi itu mengaku bangga, berkat peran serta pemeluk agama yang menjadi “influencer”dalam mengkampanyekan budaya antikorupsi disetiap kegiatan keagamaan, membuat trend budaya antikorupsi di Indonesia semakin meningkat.

“Dari informasi dan data yang kami himpun, trend mengkampanyekan budaya antikorupsi di Indonesia mulai meningkat, terutama setelah para pemeluk agama dan eksponen bangsa lainnya bersama-sama menjadi influencer budaya antikorupsi bagi masyarakat luas di Indonesia,” kata Firli.

Firli menyampaikan, salah satu wujud nyata peran serta dan andil para pemeluk agama dalam mengkampanyekan pentingnnya budaya antikorupsi tidak terbatas hanya pada kegiatan keagamaan, melainkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, kata Firli, masyarakat dapat mencontoh hingga nantinya membentuk cluster-cluster antikorupsi di lingkungan sekitar.

“Hal ini tentunya dapat mengakselerasi transformasi trend antikorupsi berlanjut menjadi gaya hidup antikorupsi dimasa depan, yang diharapkan menjadi kelaziman dalam setiap tatanan dan sendi kehidupan berbangsa-bernegara di bumi pertiwi,” demikian Firli.

Semangat perayaan Natal tahun ini, dikatakan Firli sejatinnya memberikan banyak tauladan baik, akan indah dan nikmatnya kesederhanaan dalam menjalani hidup serta kehidupan. Dengan nilai-nilai kesederhanaan, kata dia, seyogyanya dapat membentengi sisi-sisi kemanusiaan umat manusia dari pengaruh sifat glamoristik, agar ketamakan, naluriah binatang tidak bangkit apalagi menjadi jiwa dalam pikiran raga manusia


ikuti update rmoljatim di google news