Airlangga Ungkap Berbagai Kebijakan yang Menyelamatkan Indonesia

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto/Dok
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto/Dok

Tahun 2021 penuh dengan tantangan di bidang kesehatan dan ekonomi di tengah pademi yang menyerang secara global. Berbagai kebijakan yang diluncurkan pemerintah mampu menyelamatkan perekonomian nasional.


Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, berbagai stimulus dan insentif yang dikucurkan pemerintah sepanjang 2021, terbukti mampu mendorong dan menjadi penyelamat perekonomian.

Ia mengungkapkan, di tahun 2021 banyak program insentif untuk sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan anggaran Rp 162,4 triuliun. Untuk UMKM, kata Airlangga, realisasinya mencapai Rp 77 triliun, terdiri dari subsidi bunga UMKM dan penempatan dana cadangan untuk perbankan.

Selain itu, ada juga program kredit usaha rakyat (KUR) yang mencapai Rp 280 triliun. Program KUR ini akan dilanjutkan terkait dengan program pemulihan ekonomi. Untuk UMKM, tahun 2021 klusternya mencapai Rp 141 triliun.

"Kami juga sedang mengkaji berbagai sektor lain yang bisa menjadi pengungkit perekonomian di tahun 2022,” ujar Airlangga dalam keterangannya kepada media, Selasa (28/12).

Lebih jauh Airlangga mengemukakan, pada Juli 2021 sempat ditandai melonjaknya Covid-19. Saat itu kasus harian mencapai 5.400 dan kasus aktif di atas 510.000. Hal itu disebut Airlangga sebagai unprecedented. Sebab, bed occupancy rate (BOR) rumah sakit nasional mencapai rata-rata 92 persen ditambah adanya keterbatasan kapasitas oksigen.

Airlangga mengatakan, di bulan awal 2021, Indonesia sukses melakukan pemulihan ekonomi. Misalnya, kuartal kedua tahun 2021 pertumbuhan ekonomi mencapai 7,07 persen. Saat itu kasus aktif turun di bawah 100.000 pasca Lebaran.

“Lalu saat varian delta masuk, pemerintah terpaksa menarik rem lagi sehingga di kuartal ketiga pertumbuhan turun jadi sekitar 3,5 persen,” ungkapnya.

Meski demikian, lanjut Airlangga, berkat adanya berbagai insentif dan stimulus ekonomi sekaligus program pengendalian Covid-19 yang terintegrasi, perekonomian Indonesia masih tumbuh positif. Hal itu juga tak lepas dari sektor manufaktur dan komoditas yang menjadi engine yang mampu menahan turunnya pertumbuhan ekonomi.

Airlangga mengungkapkan, pada kuartal kedua konsumsi yang tumbuh 6 persen, tiba-tiba turun ke 1 persen di kuartal ketiga. “Namun di kuartal keempat indeks keyakinan konsumen naik ke 118, Purchasing Managers' Index (PMI) masih 53,9.

"Hal itu terjadi karena engine-engine perekonomian dan ekspor masih baik. Selain itu, neraca perdagangan positif dengan cadangan devisa 148 miliar dollar AS,” jelasnya.

Fakta lain, terjadi surplus perdagangan sepanjang Januari-November 2021 yang mencapai 34,32 miliar dollar AS. Angka ini adalah rekor dalam beberapa tahun terakhir.

Surplus dagang ini didorong oleh kenaikan berbagai komoditas, terutama kelapa sawit yang memberikan nilai tukar kepada kepada petani antara Rp 3.000 hingga Rp 3.200 ribu per tandan buah segar (TBS).

“Ini juga merupakan angka tertinggi dan ini membuat ekspor crude palm oil (CPO) kita mencapai 25 miliar dolar AS,” katanya.

Ekspor baja dan nikel yang nilainya mencapai 14 miliar dollar AS, disebut Airlangga, juga mendorong perekonomian tumbuh positif.

Hal itu disebutnya sebagai dampak kebijakan hilirisasi yang membuat Indonesia siap memenuhi kebutuhan pasar global. Airlangga yakin komoditas baja dan nikel juga akan menjadi andalan Indonesia di tahun 2022.