Pendapat Pakar Tentang Cucu Berkebutuhan Khusus Yang Dirawat Lansia

ilustrasi/net
ilustrasi/net

Sebuah tantangan tersendiri untuk membesarkan anak berkebutuhan khusus. Karena, anak berkebutuhan khusus memiliki karakteristik spesifik pada fisik, mental, dan perilaku sosial seperti gangguan komunikasi, kesulitan interaksi sosial, gangguan emosi dan lain-lain memerlukan strategi dan pendekatan khusus dalam penanganannya.


Seperti dikutip dari laman resmi Unair, saat ini, terjadi perubahan pola peran ibu sebagai wanita karir dan ibu rumah tangga sehingga anggota keluarga lain dalam keluarga besar seperti nenek akan menjadi figur pengganti orang tua saat mengasuh cucunya.

Berbagai pengalaman membuat orang tua lebih nyaman jika pengasuhan cucu dilakukan oleh orang tua mereka (lansia) dibandingkan orang lain, seperti babysitter

Sylvia Dwi Wahyuni , Dosen Fakultas Keperawatan (FKp) Universitas Airlangga menyebut banyak lansia di Indonesia tinggal bersama keluarga mereka. Lansia tinggal bersama keluarganya dalam tiga generasi. 

“Pengasuhan cucu memiliki dampak positif dan negatif bagi lansia. Pengasuhan cucu pada lansia berdampak positif pada aspek fisik, psikis, sosial, dan lingkungan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa nenek melaporkan gejala depresi yang lebih sedikit dibandingkan wanita tanpa cucu,” jelas Sylvia.

Selain itu, tambahnya, lansia yang diwawancarai menerima dengan lapang dada jika diberi tanggung jawab untuk mengasuh cucunya. Namun, tandasnya, tetap terdapat dampak negatif seperti kelelahan dan konflik keluarga.

Hasil penelitiannya menunjukkan keterlibatan lansia dalam mengasuh cucu adalah melalui peran kakek-nenek dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dan jasmani cucu. Respondennya beranggapan membesarkan cucu adalah tanggung jawab bersama kakek-nenek dan orang tua. 

“Keluarga memelihara hubungan antar generasi, dimana generasi awal akan selalu meninggalkan pengaruh pada generasi berikutnya. Selain itu, kakek-nenek memiliki perasaan senang selama bersama cucunya, ungkap Sylvia.

Beberapa lansia, tambahnya, memiliki keluhan saat merawat cucunya, namun keluhan tersebut hilang saat lansia melihat cucunya bahagia. Kakek-nenek menganggap tidak ada keluhan yang memberatkan dan semua bisa teratasi karena setiap kali ada keluhan datang, para lansia merasa keluhan terbayar saat melihat cucunya yang lucu dan sehat. 

“Secara psikologis, lansia merasa bahwa kelelahan fisik dapat dihilangkan dengan berdoa dalam mengatasi penyakit,” ungkapnya.

Sylvia menyebut kakek-nenek percaya bahwa cucu adalah segalanya, di luar anak-anak mereka sendiri, berlian, hadiah dan kebanggaan. Selain itu, perasaan senang atas kelahiran cucu dan keputusan untuk merawat cucu berasal dari diri mereka sendiri. 

“Sebagian besar kegiatan yang sering dilakukan bersama cucu adalah bermain. Kegiatan lainnya adalah mengikuti kegiatan kemasyarakatan, mengurus rumah tangga, menonton TV, dan berjualan jajan di depan rumah. Sebagian besar masyarakat berpendapat bahwa mengasuh cucu lebih baik dengan kakek dan nenek daripada dengan pengasuh,” pungkasnya.