Pemanfaatan Modalitas Diagnostik Meningkat, Prof Endarko Kembangkan Fantom

Prof Endarko SSi MSi PhD saat menunjukkan keakuratan fantom hasil penelitiannya dengan fantom pasien sebenarnya/ist
Prof Endarko SSi MSi PhD saat menunjukkan keakuratan fantom hasil penelitiannya dengan fantom pasien sebenarnya/ist

Seiring meningkatnya penggunaan modalitas diagnostik dan terapi, Profesor ke-177 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Endarko SSi MSi PhD berupaya mengembangkan fantom untuk mendorong kemandirian jaminan mutu dan kontrol kualitas modalitas diagnostik di Indonesia.


Pemanfaatan modalitas diagnostik merupakan salah satu upaya dokter dalam meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam mendiagnosis penyakit yang diderita pasien.

Sementara fantom atau maneken medis merupakan model tiruan yang memiliki kesetaraan bentuk anatomi dan jaringan dengan manusia sesungguhnya.

Fantom memiliki peran penting sebagai pengganti manusia dalam perencanaan diagnostik hingga penanganan terapi pasien dengan radiasi pengion.

“Fantom memiliki peranan penting, sehingga Indonesia harus bisa mengembangkan fantom secara mandiri,” kata Prof Endarko dalam keterangannya yang diterima Kantor Berita RMOLJatim, Senin (27/11).

Lewat orasi ilmiahnya berjudul Pengembangan Fantom dalam Aplikasi Fisika Medis untuk Kemandirian Jaminan Mutu dan Kontrol Kualitas di Indonesia, Endarko mengungkapkan pentingnya fantom untuk memperkirakan dosis radiasi yang dikirim ke pasien. Hal tersebut dikarenakan dosis yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan kerusakan jaringan, hingga meningkatkan risiko kanker.

Salah satu pengembangan fantom yang berhasil dilakukan Endarko adalah fantom tiroid yang bermanfaat dalam terapi, diagnosis, dan proteksi radiasi di bidang kedokteran nuklir. Pada proses terapi iodium radioaktif, fantom diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi kadar aman dosis yang digunakan.

“Harapannya juga bisa menjadi dasar penyusunan proteksi radiasi di rumah sakit,” lanjut Kepala Laboratorium Fisika Medis dan Biofisika, Departemen Fisika ITS tersebut. 

Bukan hanya itu, Endarko juga berhasil mengembangkan fantom payudara untuk menilai kualitas gambar pada tingkat dosis yang sesuai dengan rekomendasi International Atomic Energy Agency (IAEA) dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN).

Sehingga, fantom payudara tersebut bermanfaat sebagai jaminan kualitas radioterapi pada kasus kanker payudara pascamastektomi atau pengangkatan payudara.

Selain mengembangkan fantom pada penyakit kanker, Guru Besar bidang Ilmu Biofisika dan Instrumentasi Medis itu pun berhasil mengembangkan fantom medis anak yang sesuai dengan ukuran anak Indonesia.

Minimnya produsen fantom medis di Indonesia, berdampak pada tidak tersedianya fantom tubuh yang sesuai dengan ukuran anak Indonesia. “Padahal hal tersebut dapat berdampak pada ketidaktepatan dosis yang diberikan kepada anak,” imbuhnya.

Dosen kelahiran Klaten tersebut menambahkan mengenai risiko paparan radiasi pengion akan meningkat apabila terpapar pada ibu hamil.

Pasalnya, janin yang sedang dikandungnya akan berisiko mengalami kerusakan jaringan tubuh, kelainan, hingga keguguran. Sehingga, apabila terdapat keadaan darurat yang membutuhkan peran radiasi pengion, dibutuhkan fantom yang menyerupai bentuk nyata dari ibu hamil.

Menilik beberapa peranan penting fantom tersebut, disimpulkan bahwa fantom merupakan elemen yang penting dalam bidang diagnostik dan terapi.

Maka dari itu, tiap rumah sakit di Indonesia perlu memiliki fantom medis tersebut sebagai jaminan mutu dan kontrol kualitas. Terutama yang dibuat sendiri di Indonesia.

“Pengembangan fantom di Indonesia diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap produk impor,” pungkasnya.