Makna Kehadiran Ketum PBNU di Harlah PPP

Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf saat pidato di Puncak Harlah ke 49 PPP di Ponpes Al Hikam, Malang/Ist
Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf saat pidato di Puncak Harlah ke 49 PPP di Ponpes Al Hikam, Malang/Ist

HARI ini, Minggu (27/3) bertempat di Pondok Pesantren Al Hikam Malang, dilaknakan Puncak Peringatan Harlah PPP, sekaligus Haul ke 5 KH Hasyim Muzadi. Ponpes Al Hikam sendiri adalah lembaga pendidikan agama yang dirintis dan didirikan oleh Almarhum KH Hasyim Muzadi. 

Tidak seperti biasanya puncak peringatan Harlah PPP kali ini, ada dua hal yang membedakan dengan puncak peringatan Harlah tahun-tahun sebelumnya. Perbedaan pertama, dilaksanakan di pesantren sekaligus Haul ke 5 KH Hasyim Muzadi; kedua, dihadiri langsung oleh Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil StaquF (Gus Yahya).

Dua pembeda tersebut, bisa ditafsirkan dan maknai bermacam-macam, karena salah satu seni berpolitik adalah menggunakan simbol, baik simbol yang nampak dan jelas maknanya, maupun simbol yang halus dan multitafsir.

Bagi saya pribadi yang merupakan aktivis NU sekaligus aktivis PPP, menangkap pesan dan memaknai peristiwa politik penting bagi seluruh kader PPP.

Pertama, menetapkan pondok pesantren (Al Hikam) sekaligus Haul ke 5 KH Hasyim Muzadi sebagai lokasi dan kegiatan puncak Harlah ke 49 PPP, menandakan PPP dengan serius dan sungguh-sungguh mengikrarkan ulang komitmen pada akar basis konstituennya.

Artinya, dengan acara puncak di Ponpes Al Hikam merupakan cara PPP menegaskan bahwa akar asalnya yang mendirikan yaitu Jamaah maupun jamiyah NU. Cara pandang ini penting karena memang dalam kesejarahnya pendiri PPP adalah NU, dan basis konstituen PPP adalah Nahdiyin.

Fakta sejarah semacam itu di era reformasi kurang tergaungkan, sehingga selama ini ada kesan berjarak antara PPP dengan pendiri dan basis massa utamanya. Dari kesadaran semacam itulah, kepemimpinan Bapak Soeharso Monoarfa dan Gus Arwani ini berusaha menjahit kembali.

Prinsipnya, PPP harus kembali bersama-sama NU baik secara jamaah maupun jamiyah, memperjuangkan kemaslahatan umat dan Kesejahteraan rakyat.

Pilihan Al Hikam dan Haul kelima KH Hasyim Muzadi menjadi tanda akan misi besar itu. Adalah simbol sekaligus isyarat yang jelas dan tegas, bahwa PPP kembali bersama basis awal sekaligus pendirinya, yaitu NU.

Makna kedua, keinginan dan kemauan jelas dan tegas tersebut disambut dengan hangat, gegap gempita dan suka cita oleh umat dan kaum nahdiyin. Sambutan hanga itu bisa ditandai dengan kehadiran Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf.

Penandanya adalah semakin diterima dan semaraknya kegiatan PPP di basis massa nahdiyyin, khususnya di pesantren-pesantren, dan penanda simboliknya adalah kehadiran Ketua Umum PBNU di puncak Harlah PPP ke 49 hari ini.

Kehadiran Gus Yahya, bisa dipahami untuk menjelaskan bahwa NU dan nahdiyyin bukan milik salah satu partai politik yang dikesankan pihak-pihak tertentu selama. Ia melihat NU menjadi milik satu partai seperti dilegetimasi oleh person-person pengurus PBNU sebelumnya.

Bagi Gus Yahya, NU adalah harus bersama-sama bergandengan dengan semua komponen bangsa dalam membangun umat dan membangun negeri ini. Visi besar Gus Yahya itu harus diterjemahkan untuk partai yang memiliki keterikatan sejarah dengan NU yakni PPP. Partai berlambang kakbah ini jelas-jelas dilahirkan dan unsur utamanya adalah Partai NU.

Karena itu kehadiran dan sambutan Gus Yahya dalam Harkah PPP ke-49 kali ini, ibaratnya menyambung akar yang terputus, mengangkat kembali batang yang terkubur, sehinggga ke depan Relasi NU, simbiosis mutualis, sinergis. Dengan dukungan NU, PPP akan menjadi partai yang semakin jaya dan memberi kemaslahatan bagis seluruh rakyat dan bangsa.

Pesan yang disampaikan Gus Yahya terkait perlunya menggarap pemilih milenial sebagai basis pemilih PPP, menjadi tantangan sekaligus arah perjuangan politik kedepan. Artinya, dengan kerja politik PPP yang saat ini dipimpin duet Pak Suharso dan Gus Arwani akan semakin mantab menyambut Pemilu 2024 mendatang.

Selanjutnya, pertanyaannya adalah bagaimana kita sebagai aktivis NU sekaligus PPP dalam menyambut dan memaknai simbol dan penanda baik tersebut? Sehingga membawa kebesaran dan kesuksesan NU sekaligus kesuksesan PPP sebagaimana harapan yang disampaikan dalam sambutannya.

*Penulis adalah Sekretaris Majelis Syariah DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP)


ikuti update rmoljatim di google news