Ahok Diminta Jelaskan Kenapa BBM Pertamina Tidak Turun saat Crude Anjlok?

Komisaris Utama PT Pertamina Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)/Net
Komisaris Utama PT Pertamina Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)/Net

Harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax akhirnya resmi naik menjadi Rp 12.500 per liter terhitung mulai hari ini, Jumat (1/4). Sejumlah kritikan tajam langsung dilayangkan kepada pemerintah karena lonjakan yang tinggi pada bahan bakar yang semula hanya seharga Rp 9.000.


Sejumlah pejabat, termasuk Komisaris Utama PT Pertamina Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mencoba menenangkan publik dengan memastikan bahwa kenaikan itu tidak lebih tinggi dari SPBU swasta, yang rerata lebih mahal Rp 300 hingga Rp 500.

Namun demikian, mantan Sekretaris Kementerian BUMN M. Said Didu mengurai bahwa akar masalah lonjakan ini bukan pada harga Pertamina lebih rendah dibanding yang lain. Tapi pada inkonsitensi Pertamina dalam mengikuti harga pasar.

“Sebagai informasi saja bahwa sebagian besar SPBU swasta membeli BBM lewat Pertamina. (Jadi) ya pasti lebih mahal swasta. (Tapi) bukan itu masalahnya,” tuturnya dimuat Kantor Berita Politik RMOL.  

Pemerintah memang beralasan bahwa kenaikan harga Pertamax ini didasarkan pada harga minyak dunia yang sedang tinggi, mencapai 110 dolar AS per barel. Tapi di satu sisi, Said Didu mempertanyakan alasan mengapa pemerintah tidak menurunkan atau menyesuaikan harga Pertamax di saat harga minyak dunia turun drastis.

Terlebih pada saat awal pandemi Covid-19, harga minyak dunia anjlok berada di bawah 30 dolar AS per barel.

Atas alasan itu, Said Didu meminta Ahok memberi penjelasan secara utuh, tapi tetap dengan ucapan yang sopan pada rakyat.

“Pertanyaan publik adalah kenapa saat crude anjlok, BBM pertamina tidak turun? Mohon, Pak Komut Basuki Tjahaja Purnama jelaskan dengan jujur dan kata-kata yang sopan,” tutupnya.