Gubernur Khofifah Lepas Pelayaran RS Terapung Ksatria Airlangga Bagi Masyarakat Kepulauan Madura

Khofifah Indar Parawansa saat melepas pelayaran Rumah Sakit Terapung (RST) Ksatria Airlangga di Muara Kalimas, Tanjung Perak Surabaya/Ist
Khofifah Indar Parawansa saat melepas pelayaran Rumah Sakit Terapung (RST) Ksatria Airlangga di Muara Kalimas, Tanjung Perak Surabaya/Ist

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa melepas pelayaran pengabdian masyarakat melalui Airlangga Community Development Hub (ACDH) Rumah Sakit Terapung (RST) Ksatria Airlangga di Muara Kalimas, di depan kantor Kesyahbandaran Utama Tanjung Perak Surabaya, Sabtu (14/5).


RST Ksatria Airlangga ini merupakan rumah sakit terapung yang dimiliki oleh Universitas Airlangga (Unair) dengan misi pelayanan kesehatan dan pengabdian masyarakat di daerah-daerah terpencil kepulauan Indonesia.

Sejak berlayar pertama kali pada tahun 2017, RST Ksatria Airlangga telah berlayar ke sejumlah pulau-pulau kecil di Indonesia.

Kapal ini dilengkapi dengan peralatan medis canggih yang setara dengan peralatan rumah sakit pada umumnya. 

Misi yang berlangsung dari tanggal 14 Mei-10 Juli 2022 ini merupakan misi ke-63 dari RST Ksatria Airlangga.

Dalam misi kali ini, Ksatria Airlangga akan mengunjungi pulau-pulau  di Sumenep, Madura, yakni Pulau Gili Raja, Gili Genting, Gili Iyang, Sapudi, Raas, Sapeken, Sepanjang, Sakala, Pagerungan Besar, dan Pagerungan Kecil.

Usai melepas perjalanan RST Ksatria Airlangga, Gubernur Khofifah mengatakan bahwa salah satu tugas besar untuk melakukan pemerataan kesejahteraan adalah melalui peningkatan layanan, baik kesehatan ,  pendidikan  maupun program ekonomi di daerah-daerah kepulauan. 

“Untuk itu, apa yang dilakukan oleh RST Ksatria Airlangga ini menjadi misi kemanusiaan yang tentunya dapat memberikan layanan kesehatan, pendidikan serta ekonomi  ke berbagai wilayah kepulauan di Madura. Tentunya kami berharap ini dapat memberikan perluasan pemerataan  kesejahteraan bagi masyarakat di kepulauan,” katanya.

Khofifah mengatakan, dalam membangun pemerataan kesejahteraan di wilayah kepulauan salah satunya bisa dilakukan dengan membangun konektivitas yang baik antara pulau yang satu dengan lainnya. Dengan konektivitas yang baik tersebut, maka akan memudahkan pelayanan publik bagi masyarakat disana.

“Kami menyadari ini tidak mudah untuk bisa membangun konektivitas dengan cepat seperti yang ada di daratan. Kami mencobanya dengan membangun public transportation yang lebih memuliakan saudara kita di kepulauan Madura. Seperti dengan membangun pelabuhan Jangkar dari Situbondo ke berbagai pulau di Sumenep dengan fasilitas pelabuhan yang baik, kemudian juga ada jembatan movable bridge serta kapal ferry baru full AC,” kata Ketua Umum IKA Unair ini.

Gubernur Khofifah optimistis bahwa akses konektivitas melalui jalur transportasi laut dan akses pelabuhan antar pulau yang berjalan baik, akan memudahkan percepatan pembangunan layanan kesehatan, pendidikan dan pelayanan publik yang baik bagi masyarakat terutama di wilayah kepualauan.

“Kita berharap bahwa apa yang kita lakukan ini bisa memberikan nilai tambah baik bagi  yang melakukan, maupun bagi masyarakat yang akan mendapatkan layanan. Jadi program-program sinergi yang mungkin bisa kita bangun ke depannya, mohon  dikomunikasikan dengan OPD Pemprov terkait agar sinerginya lebih kuat,” katanya.

Untuk itu, ia mengajak tim  community development Unair dapat menjalin  kerja sama dengan OPD terkait. Misalnya, Fakultas Perikanan dan Kelautan bisa membangun kemitraan dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Jatim terkait budidaya perikanan dan kelautan yang ada di wilayah kepulauan  serta bagi pemberdayaan  para nelayan. 

“Kami harap di antara seluruh program penyetaraan berbasis sektor-sektor potensi lokal, ditambah dengan tim dari layanan kesehatan ini bisa membangun sinergitas bersama. Saya rasa ini akan memberikan penguatan dari program besar yang kita bisa bangun bersama,” terangnya.

Lebih lanjut, misi pelayanan yang dibawa oleh RST Ksatria Airlangga tidak hanya di bidang kesehatan. Tetapi juga di bidang community development seperti pemberdayaan masyarakat di berbagai bidang. Misal terkait daya dukung alam dan lingkungan, sektor kelautan dan perikanan, serta intervensi dari ilmu multidisiplin.

“Jadi ini soal bagaimana program community development  bisa menjadi satu kesatuan. Bagaimana dari pelayaran RST Ksatria Airlangga ini akan mempercepat pemerataan tetesan pembangunan yang mungkin tidak sama dengan yang bisa dilakukan di daratan,” terangnya.

Di akhir, orang nomor satu di Jatim ini menyampaikan apresiasi dan terima kasihnya kepada seluruh pihak baik tenaga kesehatan maupun para relawan dan mahasiswa yang ikut dalam misi pelayaran RST Ksatria Airlangga ini.

“Terima kasih seluruh inisiasi, seluruh dedikasi dan seluruh niat mulia dari tim community development Universitas Airlangga. Dengan niat memberikan manfaat yang besar bagi seluruh masyarakat di Jawa Timur ini mendapatkan ridho dan kemuliaan dari Allah SWT,” katanya.

Sementara itu, Direktur RST Ksatria Airlangga Dr. Agus Harianto mengatakan bahwa misi kapal RST Ksatria Airlangga selama ini merupakan panggilan hati alumni Kampus Unair.

“Selama ini telah 62 misi RST Ksatria Airlangga, dan kira-kira dalam setahun ini ada 20 pulau terpencil yang kita jangkau. 

Hymne Airlangga itu memberikan kekuatan untuk kami semua sampai sekarang untuk terus berlayar dengan segala keadaan yang ada,” katanya.

Menurutnya, dalam setiap pelayaran ke pulau terpencil itu ada kegiatan community development yang dilakukan.

Tidak hanya misi di bidang kesehatan, RST Ksatria Airlangga juga melakukan pengabdian masyarakat dengan mengupayakan pembangunan yang berkelanjutan sesuai pendekatan SDGs di daerah kepulauan. Termasuk mengembangkan dan meningkatkan kegiatan penelitian di daerah kepulauan. 

Di samping itu, kegiatan riset dan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan ini melibatkan berbagai fakultas yang ada di Unair.

“Tugas kita adalah membawa air  kehidupan untuk ke sudut-sudut terpencil Indonesia. Dan dalam misi ini kita melihat filosofi logo Airlangga, kita berkomitmen untuk membawakan air kehidupan sampai ke daerah pulau-pulau terpencil,” katanya.

“Seperti di Pulau Gili Iyang yang kaya oksigen, kita melihat potensi menjadi pulau yang menjadi medical recovery tourism. Kemudian nanti kita juga akan membawa program kebun tanaman obat, konservasi tanaman obat yang bisa dikembangkan di sana bisa menjadi laboratorium bisa menjadi pusat industri,” pungkasnya.