Rawat Keaslian, 15 Kitab Kuno Koleksi Pesantren Tebuireng Didigitalisasi

Pondok Pesantren Tebuireng Jombang terkenal sebagai salah satu pesantren tertua di Indonesia. Salah satu keunikan yang masih lestari dari pesantren ini yaitu tentang koleksi kitab-kitab kuno yang masih tersimpan rapi di Perpustakaan Ponpes Tebuireng.


Tak heran jika masih ada kitab fiqih yang bertulis tangan era Hadratussyech KH Hasyim Asyari hingga mushaf Al-Quran bertulis tangan dari timur tengah pada abad ke 19. Untuk melestarikan kitab-kitab tersebut, maka dilakukan digitalisasi oleh Pesantren Tebuireng.

Melalui program digitalisasi yang bekerjasama dengan PPIM (Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat) UIN Jakarta, dan Mahad Aly Hasyim Asy'ari Tebuireng telah mendigitalisasikan 15 kitab kuno tersebut agar terselamatkan dari kerusakan.

Peneliti Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta, Abdullah Maulani mengungkapkan, pihaknya melalui program DREAMSEA berusaha mendigitalisasikan naskah manuskrib atau tulis tangan agar tidak rusak.

"Tebuireng ini salah satu pesantren bersejarah dan saya menyakini banyak kitab kuno yang harus didigitalisasikan agar kitab tersebut bisa dinikmati oleh semua orang dikemudian hari," katanya, Selasa (24/5) dikutip Kantor Berita RMOLJatim.

Sebuah skriptorium, praktik penulisan dan penyalinan teks-teks keislaman di Pesantren Tebuireng Jombang telah dilakukan sejak masa silam. Terbukti dengan ditekukannya sejumlah karya tulisan tangan para santri dan ulama lokal dihasilkan selama ratusan tahun lamanya dalam bentuk manuskrip atau naskah kuno. 

Dalam kurun waktu itu juga para ahli waris merawat khazanah manuskrip peninggalan leluhurnya. Sejumlah kajian juga turut dilakukan baik oleh kalangan santri setempat maupun para sarjana di luar pesantren.

Ia mengungkapkan, bahwa kitab-kitab kuno ini memiliki khazanah dan keistimewaan, sehingga perlu disampaikan kepada masyarakat. Maka perlu adanya program digitalisasi terhadap kitab-kitab tersebut agar tidak terjadi kerusakan yang tergerus oleh masa atau zaman.

"Memang ada sedikit hambatan, karena kitabnya sudah tua dan ada yang sobek-sobek, jadi agak terhambat pemotretannya. Dalam sehari kami hanya bisa mendigitalisasi sekitar 500 halaman saja," jelasnya.

Dikesempatan itu, Mohamad Anang Firdaus (32) Ketua LP2M Mahad Aly Hasyim Asy'ari Tebuireng merasa terbantu dengan adanya digitalisasi ini. Menurutnya, memang sudah eranya digitalisasi sehingga kitab kuno seperti ini bisa dinikmati dan dipelajari untuk generasi selanjutnya.

"Semoga dengan digitalisasi ini, semua naskah bisa terselamatkan dan bisa dinikmati oleh generasi selanjutnya," harapnya.

Kegiatan digitalisasi manuskrib kitab kuno ini berlangsung selama 10 hari mulai tanggal 20 hingga 29 Mei mendatang yang dilaksanakan di Perpustakaan Pondok Pesantren Tebuireng Jombang.