Abrasi di Gresik Ekstrim Capai 5 Km, Ini Pendapat Pemerhati Lingkungan UMG

Wilayah di Kabupaten Gresik, yang terdampak banjir rob atau air laut pasang terbilang ekstrim. Sebab, dalam kurun waktu 15 tahun terakhir ada sekitar 5,15 kilometer persegi (Km2) lahan tambak dan pemukiman atau setara 0,34 Km2 pertahun yang terkena abrasi.


Hal tersebut diungkapkan Pemerhati Lingkungan Perairan Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) Dr Farikhah menanggapi banyaknya tambak ikan yang jebol kena abrasi air laut di wilayah Pulau Mengare Kecamatan Manyar dan Ujungpangkah.

"Fenomena rob sebetulnya merupakan peristiwa alam, yang sudah biasa terjadi terutama didaerah pesisir laut atau pantai. Yakni, naiknya muka air laut masuk ke daratan yang diakibatkan gaya pasang surut air laut," ujarnya dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Kamis (16/6)

“Beberapa pekan lalu terjadi rob dengan kekuatan hebat, sehingga menyapu wilayah di sepanjang garis Pantai Utara, seperti di Tuban, Ujungpangkah hingga Pulau Mengare,” katanya.

Ketua Program Studi Budidaya Perikanan UMG ini menambahkan, bahwa rob yang sekarang tampak lebih hebat dan merusak. Karena, kurang adanya tanaman penahan banjir rob sehingga terjadi abrasi.

“Beberapa titik yang saya lihat, karena kurangnya tanaman penahan seperti mangrove," tuturnya.

Di Gresik, kata Farikhah, abrasi selalu beriring dengan akresi atau penambahan garis pantai akibat sedimentasi atau oleh orang daerah sini disebut sebagai tanah oloran. 

"Luasannya juga luar biasa. Sering juga masyarakat lokal menggunakan tanah oloran tersebut menjadi tambak,” ungkapnya.

Bahkan menurutnya, berdasarkan wawancara terhadap ribuan petambak di Kabupaten Gresik dan Lamongan ditemukan fenomena kenaikan air laut setiap tahunnya.

"Semua petambak merasa bahwa muka air laut mereka rasakan semakin tinggi dari tahun ke tahun," tukasnya.

Hal senada disampaikan Pegiat Lingkungan Pulau Mengare Gatot Winarto berdasarkan pengamatannya, setiap tahunnya tanah di Mengare mengalami kemunduran sekitar 10 sampai 11 meter. 

"Peyebabnya hantaman ombak bertemu dengan arus dari selat Madura," ucapnya sambil menunjukan video dokumenter karyanya yang menceritakan tentang fenomena banjir rob dan abrasi di Pulau Mengare.

Sementara, salah seorang Dosen UMG Yusa T, menjelaskan ada beberapa faktor penyebab abrasi dan jebolnya tambak. Seperti, akibat intensitas hujan, rob dan kesetimbangan muara yang tidak diperhatikan sementara sedimentasi meningkat terus.

"Laut pasang dan rob adalah keniscayaan saat pasang surut air laut, tapi jika sedimentasi yang terjadi di muara dan kesetimbangan sungai terjaga, tentu banjir tidak akan terjadi," tandasnya.