Bamsoet: Pesan Bung Karno Jangan Mau jadi Bangsa Kuli

Ketua MPR Bambang Soesatyo/Net
Ketua MPR Bambang Soesatyo/Net

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengatakan Indonesia menganut sistem ekonomi Pancasila yang diwariskan para pendiri bangsa. Dengan adanya sistem ekonomi Pancasila ini diharapkan Indonesia mampu berdikari dan menjadi ancaman bagi negara lain.


Menurutnya, jika ingin memiliki kemampuan dan kestabilan ekonomi di atas kakinya sendiri seperti yang disampaikan Presiden RI ke-1 Soekarno, pemerintah harus menjalankan sistem ekonomi Pancasila secara penuh dan konsisten.

“Presiden Soekarno berpesan, bangsa Indonesia jangan mau menjadi “bangsa kuli” dan menjadi ”kuli bangsa-bangsa lain”. Presiden Jokowi dalam suatu kesempatan pernah menyampaikan, kita tidak boleh menjadi bangsa yang masih bermental ”inlander” dan bersikap ”inferior” ketika berhadapan dengan bangsa lain,” tegas Bamsoet pada peringatan Hari Konstitusi, Gedung Nusantara IV, Komplek Parlemen, Senayan, Kamis (18/8).

Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini mengatakan pesan yang disampaikan Presiden Soekarno dan Presiden Joko Widodo tersebut harus menjadi bahan bakar bagi ekonomi nasional agar tidak dijadikan sebagai negara konsumen dari negara-negara kapitalis.

"Untuk tidak menjadi “bangsa kuli” dan menjadi ”kuli bangsa-bangsa lain”, tidak bermental ”inlander” dan bersikap ”inferior”, Indonesia tidak boleh hanya dijadikan sebagai sumber bahan baku murah oleh negara-negara industri-kapitalis,” katanya.

"Tidak boleh hanya dijadikan sebagai “pasar“ untuk menjual produk-produk hasil industri negara- negara industri-kapitalis, serta sebagai tempat memutar kelebihan kapital dari negara-negara industri maju,” imbuhnya dikutip Kantor Berita Politik RMOL.

Oleh karena itu, Bamsoet meminta agar pemerintah mengembangkan sistem perekonomian merdeka, yang merdeka seratus persen, yang mampu mencapai keadilan dan kemakmuran bagi seluruh masyarakat tanpa terkecuali.

"Membangun semangat gotong royong untuk sejahtera bersama, serta penguasaan negara atas sektor-sektor penting yang menguasai hajat hidup orang banyak, disertai upaya sungguh-sungguh untuk meningkatkan nilai tambah atas hasil bumi, laut, tambang, sehingga tidak lagi diekspor dalam bentuk mentah atau setengah jadi,” tutupnya.