Hadiri FGD, Bupati Jombang Ajak Masyarakat Jaga Kelestarian Sungai Brantas

Bupati Jombang Hj Mundjidah Wahab/RMOLJatim
Bupati Jombang Hj Mundjidah Wahab/RMOLJatim

Bupati Jombang Hj Mundjidah Wahab membuka focus group discussion (FGD) di Aula MAN 1 Jombang, Jumat (16/9).


FGD terkait penelitian ilmiah berjudul "Berantas Suleten" pendekatan Sosial Ekologi sebagai upaya penyadaran perilaku membuang diapers ke sungai bagi masyarakat Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas.

Kehadiran Bupai Mundjidah untuk memotivasi dan memberikan dukungan kepada Eka Destiyana Sari dan Iyyaka Qilaa Qolbiy, dua siswa MAN 1 Jombang yang berhasil terpilih menjadi salah satu dari 20 besar finalis proposal terbimbing bidang ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan pada lomba karya ilmiah remaja yang diselenggarakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Mundjidah mengapresiasi dan berterima kasih kepada MAN 1 Jombang yang telah menyelenggarakan FGD terkait penelitian ilmiah tersebut.

"Semoga mendapatkan kemudahan dan Ridho Alloh SWT, dapat menjadi juara terbaik dan memberikan manfaat bagi masyarakat dari hasil penelitiannya," tutur Bupati Mundjidah, dikutip Kantor Berita RMOLJatim.

Dia menyebut, Kabupaten Jombang memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.318.062 jiwa, dimana menimbulkan sampah perhari sebesar 527 ton. Sampah yang terkelola hanya 24% atau sebesar 126 ton.

Sementara pengurangan hanya sebesar 13 persen atau 69 ton perhari, dan ada 63 persen timbunan sampah, setara 332 ton per hari sampah belum tertangani.

"Kebijakan dan strategi Kabupaten Jombang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga tertuang dalam Peraturan Bupati Nomor 52 tahun 2019, ada target penanganan sampah sebesar 70% pada 2025 setara dengan 512 ton perhari," katanya.

Dalam perbub tersebut, lanjut dia, juga memunculkan target pengurangan sampah pada tahun 2025 sebesar 30% atau setara dengan 154 ton per hari. Dari data tersebut juga menunjukkan bahwa masih ada 85 ton sampah per hari belum terlaksana untuk pengurangannya.

Salah satu pemicu pembuangan sampah popok bayi (diapers) ke sungai adalah mitos yang berkembang di masyarakat bahwa popok bayi tidak boleh dibakar karena bisa membuat kulit bayi menjadi iritasi (ruam merah) atau populer disebut suleten, yang dalam bahasa medis dikenal dengan impertigo, padahal penyakit ini disebabkan oleh bakteri.

Mitos suleten tersebut menjadi alasan pembenaran bagi kaum ibu untuk membuang sampah bekas diapers ke sungai. Jumlah timbulan popok bayi sekali pakai yang semakin banyak di lingkungan serta sifatnya yang sulit terdegradasi perlu mendapat perhatian khusus terkait dalam penyusunan strategi penanganan limbah yang optimal khususnya di DAS Brantas.

Dia berharap, penelitian siswa MAN 1 Jombang ini bisa melahirkan solusi yang tepat melalui pendekatan sosial ekologi sebagai upaya penyadaran perilaku pembuangan sampah lainnya, terutama diapers.

Dia menghimbau seluruh masyarakat Jombang untuk selalu menjaga kebersihan DAS Brantas dengan tidak mentradisikan ataupun mempercayai mitos "Suleten". Karena Suleten itu merupakan mitos belaka.

"Sekali lagi mari kita menjaga kelestarian DAS Brantas agar lingkungan kita tetap bersih dan sehat, karena warisan paling berharga bukanlah sebuah mitos belaka, namun lingkungan yang lestari dan terjaga," pungkasnya.

Hadir dalam kegiatan tersebut, Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup, Kabid Kesmas Dinas Kesehatan, Kepala Kementerian Agama Kabupaten Jombang, Kepala Desa, Kepala Dusun dan kader di wilayah Daerah Aliran Sungai Brantas, Kepala MAN 1 Jombang, pembimbing dan siswa MAN 1 Jombang peserta lomba Karya Ilmiah Remaja.