Haul ke-13 Gus Dur, Wartawan dan Tokoh Lintas Agama Sematkan Gelar Pahlawan Rakyat

Peringatan Haul ke-13 Gus Dur di halaman kantor PWI Jombang/RMOLJatim
Peringatan Haul ke-13 Gus Dur di halaman kantor PWI Jombang/RMOLJatim

Para wartawan dan sejumlah kelompok lintas iman dan tokoh masyarakat mengenang Presiden ke-4 RI KH Abdurrahmman Wahid atau Gus Dur. Acara bertajuk "Belajar kepada Gus Dur" itu digelar di halaman kantor sekretariat PWI Jombang, Minggu (18/12).


Sudah 13 tahun Gus Dur telah pergi meninggalkan alam fana ini dengan berjuta kisah inspiratif yang tak pernah dilupakan oleh siapapun yang pernah berjumpa dengannya.

Demikianlah yang menjadikan latar belakang para pengagum Gus Dur ini berkumpul. Mereka mengenang sosok Gus Dur dengan sebutan Pahlawan Rakyat. Gelat itulah yang disematkan kepada pejuang pluralisme di Indonesia ini. Bahkan, seluruh penjuru dunia.

Mereka meluapkan rasa rindunya kepada sosok Gus Dur dengan menggelar serangkaian doa bersama para pemangku lintas agama dan aliran kepercayaan. Dalam peringatan Haul ke 13 Gus Dur, satu persatu bercerita mengenai kedekatannya dengan cendekiawan muslim asal Jombang tersebut.

Ketua Pelaksana Peringatan Haul ke 13 Gus Dur, Yusuf Wibisono mengatakan, sosok Gus Dur ini sangat dekat sekali dengan wartawan di Jombang. Dengan segala keunikan dan karomahnya hingga Gus Dur selalu menjadi inspirasi bagi para jurnalis. 

"Gus Dur itu kuat dengan literasinya. Beliau merupakan jurnalisnya jurnalis, karena tulisan beliau sangat menginspirasi bagi kami," kata Yusuf Wibisono, jurnalis senior salah satu media online di Jawa Timur, dikutip Kantor Berita RMOLJatim.

Ia menjelaskan, bahwa Gus Dur itu merupakan salah satu jurnalis yang patut menjadi tauladan. Sejak dilengserkan dari Presiden Gus Dur aktif menulis dikolom opini majalah TEMPO. Dan beliau menjadi guru bagi semua.

"Gus Dur itu jurnalis aktif, selain buku beliau juga aktif menulis di majala Tempo pada waktu itu. Tulisannya sangat tajam dan kritis,"  ujarnya.

Wakil Ketua PWI Kabupaten Jombang itu juga membagikan kisahnya tentang hiruk-pikuk saat melakukan kerja jurnalistiknya mengenai kabar duka wafatnya Gus Dur pada 30 Desember 2009 lalu.

"Salah satu hal yang paling berkesan bagi kami yakni ketika kami harus menerima kenyataan kehilangan Gus Dur untuk selamanya. Waktu itu banyak dari temen-teman hingga tidak tidur karena tugas peliputan," tuturnya.

Menurut Yusuf, Gus Dur patut menjadi tauladan dan disematkan gelar pahlawan rakyat. Yaitu pahlawan dalam konteks kekinian bukan lagi memanggul senjata, akan tetapi memerangi hal-hal yang bersifat tirani dan kurang manusiawi.

Gus Dur, kata dia, sangat signifikan bagi pengembangan kehidupan demokrasi di Indonesia, wawasan kebangsaannya sangat bagus, inklusif dalam hal pemikiran serta menghargai perbedaan. 

"Gus Dur semasa hidup juga dikenal sebagai tokoh perdamaian, bahkan pembela kelompok minoritas. Demikian nilai-nilai yang selama ini dimiliki oleh Gus Dur sehingga layak dikukuhkan sebagai pahlawan rakyat," ujar Yusuf.

Maka pada momen ini PWI Jombang bersama masyarakat lintas agama dan budaya di Jombang menetapkan Gus Dur sebagai pahlawan rakyat. Selain itu, PWI Jombang juga mendorong Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jombang agar bulan Desember sebagai 'Bulan Gus Dur'. 

"Keteladanan dan perjuangan Gus Dur tak perlu diragukan lagi. Maka, pada forum ini kami sepakati bahwa Gus Dur kami nobatkan sebagai Pahlawan Rakyat. Kalau Pahlawan Nasional itu urusan Pemerintah Pusat dan semoga juga disegerakan," harap Yusuf pada momen haul ke 13 Gus Dur.

Di kesenpatan itu, sahabat karib Gus Dur yang juga Ketua FKMJH (Forum Komunikasi Masyarakat Jombang), H Suudi Yatmo mengatakan, bahwa Gus Dur itu orang yang sangat aneh dengan segala jenaka dan kecerdasannya.

"Selama saya mengenal beliau, Gus Dur itu orang aneh. Waktu beliau sakit dan dirawat di Rumah Sakit Surabaya masih saja bisa bercanda dan menganggap dirinya sehat dan tidak sakit hingga minta pulang ke Tebuireng. Ini aneh, padahal secara medis beliau ini sakit," jelasnya.

Namun, dari sekian banyaknya keanehan yang dimiliki Gus Dur. Menurut tokoh senior GP Ansor Jombang ini, sosok Gus Dur selalu menyimpan karomah yang dapat diambil hikmahnya.

"Maka tak heran jika banyak orang yang menganggap Gus Dur Wali ke-10 di Indonesia," papar lelaki yang akrab disapa abah Suudi ini. 

Menurut Abah Suudi, keteladan-keteladan yang pernah dilakukan Gus Dur untuk menyatukan bangsa patut dipertahankan dan disebarluaskan kepada generasi muda saat ini.

"Semoga kegiatan ini bukan akhir. Namun, bagaimana kita bisa meneladani Gus Dur dan meneruskan kepada generasi muda saat ini," ujarnya.

Adapun 7 sifat yang dapat diteladani dari Gus Dur

  1. Ketauhidan 

Pandangan ketauhidan menjadi poros nilai-nilai ideal yang diperjuangkan Gus Dur melampaui kelembagaan dan birokrasi agama. Ketauhidan yang bersifat ilahi itu diwujudkan dalam perilaku dan perjuangan sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan dalam menegakkan nilai-nilai kemanusiaan. 

  1. Kemanusiaan 

Kemanusiaan merupakan cerminan sifat-sifat ketuhanan. Kemuliaan yang ada dalam diri manusia mengharuskan sikap untuk saling menghargai dan menghormati. Memuliakan manusia berarti memuliakan Penciptanya, demikian juga merendahkan dan menistakan manusia berarti merendahkan dan menistakan Tuhan Sang Pencipta. Dengan pandangan inilah, Gus Dur membela kemanusiaan tanpa syarat. 

  1. Keadilan​​​​​​​ 

Perlindungan dan pembelaan pada kelompok masyarakat yang diperlakukan tidak adil, merupakan tanggungjawab moral kemanusiaan. Sepanjang hidupnya, Gus Dur rela dan mengambil tanggungjawab itu, ia berpikir dan berjuang untuk menciptakan keadilan di tengah-tengah masyarakat. 

  1. Kesetaraan​​​​​​​ 

Kesetaraan bersumber dari pandangan bahwa setiap manusia memiliki martabat yang sama di hadapan Tuhan. Kesetaraan meniscayakan adanya perlakuan yang adil, hubungan yang sederajat, ketiadaan diskriminasi dan subordinasi, serta marjinalisasi dalam masyarakat.

Nilai kesetaraan ini, sepanjang kehidupan Gus Dur, tampak jelas ketika melakukan pembelaan dan pemihakan terhadap kaum tertindas dan dilemahkan, termasuk di dalamnya adalah kelompok minoritas dan kaum marjinal. 

  1. Pembebasan​​​​​​​ 

Pembebasan bersumber dari pandangan bahwa setiap manusia memiliki tanggungjawab untuk menegakkan kesetaraan dan keadilan, untuk melepaskan diri dari berbagai bentuk belenggu. Semangat pembebasan hanya dimiliki oleh jiwa yang merdeka, bebas dari rasa takut, dan otentik.

Dengan nilai pembebasan ini, Gus Dur selalu mendorong dan memfasilitasi tumbuhnya jiwa-jiwa merdeka yang mampu membebaskan dirinya dan manusia lain. 

  1. Kesederhanaan​​​​​​​ 

Kesederhanaan bersumber dari jalan pikiran substansial, sikap dan perilaku hidup yang wajar dan patut. Kesederhanaan menjadi konsep kehidupan yang dihayati dan dilakoni sehingga menjadi jati diri. Kesederhanaan menjadi budaya perlawanan atas sikap berlebihan, materialistis, dan koruptif. Kesederhanaan Gus Dur dalam segala aspek kehidupannya menjadi pembelajaran dan keteladanan. 

  1. Persaudaraan 

​​​​​​​Persaudaraan bersumber dari prinsip-prinsip penghargaan atas kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, dan semangat menggerakkan kebaikan. Persaudaraan menjadi dasar untuk memajukan peradaban.

Sepanjang hidupnya, Gus Dur memberi teladan dan menekankan pentingnya menjunjung tinggi persaudaraan dalam masyarakat, bahkan terhadap yang berbeda keyakinan dan pemikiran.