Taushiyah Nyai Sinta Nuriyah di Acara Buka Bersama di Pendopo Bondowoso

Nyai Sinta Nuriyah Wahid saat berada di Pendopo Bupati Bondowoso/ist
Nyai Sinta Nuriyah Wahid saat berada di Pendopo Bupati Bondowoso/ist

Istri almarhum KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Nyai Sinta Nuriyah Wahid menghadiri buka bersama sejumlah ormas dan masyarakat di Pendopo Bupati Bondowoao, Rabu (27/3). Kedatangan Nyai Sintw disambut oleh Pj Bupati Bambang Soekwanto.


Tak hanya umat muslim, acara buka bersama itu juga dihadiri semua kalangan lintas agama.

Sebelum buka puasa bersama, dilangsungkan dialog tentang keistimewaan bulan suci Ramadan.

Nyai Sinta mengatakan, puasa merupakan sebuah kewajiban bagi umat Islam dan harus dijadikan momentum untuk meningkatkan tali persaudaraan.

Ia juga mengingatkan tentang semboyan Bhineka Tunggal Ika untuk dijaga bersama. Sebab, di Indonesia ini terdapat banyak suku, bahasa, budaya, dan agama.

“Pada hakikatnya semua adalah satu, yaitu satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa. Jangan sampai saling hujat,” ujarnya dikutip Kantor Berita RMOLJatim. 

Ia mengajak agar Ramadan ini dijadikan momentum untuk saling menghormati antar sesama.

“Dalam Islam, puasa itu diajari kejujuran, saling rukun, saling mengasihi, tolong menolong dan saling menghormati. Karena sejatinya kita semua adalah saudara,” ujarnya. 

Sementara itu, Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Bondowoso, Michelle mengatakan, perbedaan tidak menghalangi semua kalangan untuk berkumpul bersama.

“Perbedaan itu indah. Dibuktikan dengan kegiatan buka bersama. Ini semua berkat kerjasama teman-teman,” kata Michelle. 

Michelle menegaskan bahwa toleransi di Bondowoso cukup tinggi. Selama ini, meskipun terdapat beberapa penganut agama di Bondowoso, ia mengaku tidak pernah menemukan bentrokan antar agama.

“Beberapa waktu lalu memang ada kasus sedikit, tapi teman-teman dari Ansor, Gusdurian dan teman-teman KAHMI bisa menetralisir dengan sangat baik,” tegasnya.

Menurut Michelle, sikap berbagai kalangan tersebut bukan untuk mencari panggung, melainkan murni atas dasar rasa kepedulian pada kebersamaan di Bondowoso.

“Dengan kehadiran ibu Sinta, yang ingin kita capai adalah semangat kebersamaan, semangat gotong royong, toleransi dari mendiang Gus Dur. Seperti apa yang disampaikan ibu Sinta tadi, simpelnya adalah keberagaman jangan dibikin repot, tapi dibikin indah,” pungkasnya. (ADV)