Khulaim Junaidi: Warga NU Dan Muhammadiyah Saudara, Mari Bersatu Dan Membangun Bangsa

foto/RMOLJatim
foto/RMOLJatim

Gerakan untuk membangun bangsa atas dasar kecintaan kepada negara bisa dilakukan oleh Muhammadiyah dan NU secara bersama-sama. Pasalnya, kedua ormas besar itu mempunyai latar dan kecintaan yang sama, untuk membangun Indonesia menjadi lebih maju.


Hal itu dikatakan oleh anggota DPRD Jawa Timur Khulaim Junaidi usai simpoisum satu abad NU yang digelar DPW PAN Jatim beberapa waktu lalu.

"Bisa dimulai ditingkat kabupaten, bahkan secara nasional Muhammadiyah, PAN, NU dan PKB satu saudara. Bisa membangun bangsa atas dasar cinta tanah air sebagian dari iman," katanya.

Anggota Fraksi Aman Nasional (FPAN) DPRD Jawa Timur itu menyambut baik statemen ketua PBNU KH Yahya Cholil Staqub yang menyatakan bahwa warga nahdliyin tidak haram mencoblos PAN.

Menurut dia, sinyal itu merupakan tanda bahwa kedua ormas itu tidak ada jarak dan selama ini memang sudah menyatu dalam memperjuangkan cita-cita bangsa Indonesia.

"Ini pertanda bahwa tidak ada istilah NU itu PKB dan Muhammidyah itu PAN dan memang tidak ada lagi," tambahnya.

"Ingin meneguhkan kembali bahwa Muhammadiyah dan NU itu awalnya memang sudah bersatu dan meneguhkan kembali," jelasnya.

Anggota DPRD Jatim dari Dapil Sidoarjo itu berharap nantinya di Pemilu 2024 kedua ormas tersebut sudah mencair. Tidak ada lagi batasan atau anjuran bagi warga NU atau Muhammadiyah untuk mencoblos partai tertentu.

"Tidak ada pada 2024 nanti NU itu PKB dan Muhammadiyah itu PAN, jadi semua itu bersatu," pungkasnya.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya mengatakan warga NU boleh saja memilih atau mencoblos Partai Amanat Nasional (PAN).

Gus Yahya juga menyebut hukum memilih PAN tidak haram bagi Nahdliyin. Meskipun, kata dia, partai ini didirikan dari basis Muhammadiyah.

"Saya sebagai Ketua Umum PBNU harus katakan warga NU tidak haram mencoblos PAN," kata Gus Yahya saat menghadiri acara Simposium Satu Abad NU yang digelar PAN di  Surabaya, Sabtu (18/2/2023). 

Namun, kata Gus Yahya, pernyataan ini bukan berarti dirinya mengampanyekan PAN. Sebab, dirinya bukan merupakan kader atau simpatisan PAN.

"Kita semua tahu PAN ini didirikan dengan berbasis Muhammadiyah," katanya.