U-20 dan Pentingnya Sejarah

Novita Hardini/ ist
Novita Hardini/ ist

KESADARAN geopolitik bangsa Indonesia tidak boleh melemah.

Kesadaran geopolitik Bung Karno yang dibangun sejak tahun 1930, bahwa kolonialisme dan imperialisme bukan masalah Indonesia semata, namun menjadi persoalan dunia. 

Maka Bung Karno mempersatukan negara-negara Asia-Afrika yang terjajah dalam konferensi besar di Bandung 1955, dimana dalam KAA 1955 ada kesepakatan dari negara peserta lewat komunikasi politik dukungan Kemerdekaan Palestina.

Perjuangan politik Bung Karno membuahkan hasil setelah sukses mengadakan KAA 1955 di Bandung dan setelahnya membangun gerakan Non Blok. GNB bertujuan untuk membangun tatanan dunia baru didasari pada terciptanya perdamaian dunia.

Belajar dari kasus FIFA U-20 adalah betapa pentingnya kita belajar sejarah yang benar.

FIFA pernah dengan tegas menolak Rusia karena serangan militernya terhadap Ukraina. 

Tindakan yang digelorakan ini menurut saya senafas dengan FIFA yang meminta Rusia keluar dari Piala Dunia 2022.

FIFA harus memiliki sikap standar. Bayangkan, Rusia diklaim menganeksasi Ukraina belum sampai satu tahun namun Rusia sudah dilarang bermain pada Piala Dunia 2022, sementara Israel sudah menganeksasi Palestina nyaris 80 tahun.

Bila FIFA menjatuhkan sanksi pada Indonesia karena penolakan ini, maka ini menjadi konsekuensi besar Pembuktian Indonesia berpihak pada kemanusiaan (yang konstitusinya disepakati sejak 1945)

Indonesia pun tidak boleh berkecil hati. Indonesia adalah bangsa yang besar karena prestasinya. Ajang U-20 ini bukanlah semata-mata sebagai ajang Event Organizer saja. Namun, harapan seluruh Bangsa Indonesia adalah bagaimana sepak bola Indonesia dapat kembali menjadi Macan Asia (setidaknya).

Saya percaya pada Presiden Jokowi dan jajaran kementerian terkait dapat memberi solusi terbaik dari pada kasus ini.

Penulis adalah Istri Bupati Trenggalek