Indonesia Batal Gelar Piala Dunia U-20, Presiden Football for Peace: Begini akibat Permainan Politik Identitas

Zahrul Azhar Asumta/Ist
Zahrul Azhar Asumta/Ist

Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) mencoret Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia 2020 yang seharusnya  digelar 20 Mei dan 11 Juni. Enam kota juga telah bersiap menjadi venue gelaran akbar tersebut.


FIFA memang tidak mengungkap detail alasannya. Federasi hanya menyebut Indonesia gagal karena "situasi yang terjadi saat ini". Sementara Ketua Umum PSSI, Erick Thohir mengungkap penyebab utama dicoretnya Indonesia, karena FIFA telah melihat adanya intervensi dari sejumlah pihak.

Intervensi tersebut oleh berbagai pihak, terlebih warganet, ditudingkan terhadap sejumlah politisi PDIP termasuk Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo dan Gubernur Bali, I Wayan Koster yang menolak timnas Israel bermain di Indonesia.

Melihat gagalnya Indonesia menggelar Piala Dunia U-20, President Football For Peace Interfaith Indonesia, Zahrul Azhar Asumta menyebut begini akibatnya kalau semuanya dikaitkan denngan politik, lebih-lebih permainan politik identitas.

“Ini menjadi pelajaran bagi kita semuanya, agar janganlah bermain-main dengan politik identitas dan janganlah semaunya diukur untuk kepentingan poltik,” kata pria yang akrab disapa Gus Hans tersebut, Jumat (31/3/2023).

“Sehingga permasalahan yang mestinya hanya berkaitan dengan kisruh di dalam partai, keinginan orang per orang, berdampak pada cita-cita atau kepentingan startegis yang diharapkan semua orang,” sambungnya.

Artinya, tandas Gus hans, hanya karena faktor ulah politisi yang ingin menndapatkan jabatan dan keuntungan partainnya, justru berdampak pada gagalnya Indonesia, terutama para atlet untuk bisa eksis dalam membanggakan nama bangsa ini di dunia internasional.

Selebihnya, Gus Hans kasihan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan masyarakat Indonesia yang sudah bekerja keras mengupayakan agar event ini bisa berjalan dan terjadi di Indonesia.

“Ternyata tidak mudah mencari suksesor Pak Jokowi. Sosok yang selama ini digadang-gadang seakan bisa membaca, sepemikiran, seide dengan Pak jokowi ternyata masih belum bisa,” katanya Gus Hans.

“Ini pasti membuat kecewa banyak orang yang telah mempertaruhkan dan memberikan harapan kepada seseorang, yang mungkin diharapkan bisa meneruskan langkah dan cita-cita serta moedel kepemimpinan ala Pak Jokowi,” pungkasnya.