Sebagai penyandang predikat lumbung pangan, Pemkab Lamongan beritikad mengembangkan pertanian holtikultura berbasis agrowisata.
- Diundang Hadir di Pengajian Akbar di Lamongan, Cagub Risma Disambati Masalah Ketersediaan Air Bersih
- Aneka Olahan Kuliner Seafood Disuguhkan di Festival Gandrung Rajungan Lamongan
- DPRD Jatim Minta Pemerintah Fokus Tangani Banjir Di Lamongan
Hal ini diharapkan dapat mengungkit pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lamongan maupun secara nasional.
Hal tersebut disampaikan Bupati Lamongan Yuhronur Efendi saat melaksanakan petik perdana melon hidroponik di Kebun Melon Hartono Farm Mandiri, Ngimbang, Minggu (2/4).
“Pemerintah Kabupaten Lamongan terus mendorong pertanian atau agrowisata tidak hanya agrowisata semata, tapi kita upayakan bisa kolaborasikan dengan pariwisata atau yang kita sebut dengan agriwisata akan mencoba seperti itu,” tutur bupati yang akrab dipanggil Pak Yes dikutip Kantor Berita RMOLJatim.
Lahirnya Hartono Farm Mandiri, yang berdiri di luas tanah 1 ha di 2 tempat yakni Desa Ganggantingan (5000 m) dan Desa Mendogo (5000 meter) dengan memiliki 9 unit green house berukuran 400 meter persegi setiap unitnya, Bupati Yes meyakini dapat menjadi pusat edukasi agrowisata.
Terlebih, dengan memanfaatkan metode tanam hidroponik DFT (Deep Flow Technique), masa panen melon dapat di proyeksikan masa panen.
“Keaneragaman pangan Ini menjadi peluang besar bagi Lamongan, tidka hanya tanaman pangan tetapi buah-buahan holtikultura yang tanam secara hidroponik dan menjadi kebaharuan, yang saya yakin ini pertama di Lamongan, dan mungkin di tempat lain juga pertama kali karena saya belum pernah melihat dengan memanfaatkan media air tidak tanah, dan ini bisa di hitung masa panennya,” imbuh Bupati Yes.
Kedepan, kata Bupati Yes, holtikultura agrobisnis di Lamongan mempunyai prospek besar tidak hanya penyedia pasokan secara nasional, namun diproyeksikan untuk pasar expor.
Manajemen Hartanto Farm Mandiri Anton mengungkapkan tidak ada kekhususan pada pemilihan jenis melon yang ditanam di green house Hartono Farm Mandiri, namun didasarkan pada market konsumen.
“Hidroponik bisa digunakan untuk semua jenis melon, namun untuk jenis yang kita tanam kita sesuaikan dengan marketnya seperti apa jadi kita tidak bisa asal tanam. Ada 3 jenis yang kita tanam melon talent (melon jepang), meon inthanon, dan melon fujisawa setiap melon punya masa taman berbeda beda tapi cuma beda satu dua hari saja,” katanya.
Anton mengungkapkan di green housenya, dalam sekali panen dapat mencapai 2-2,5 ton dengan kapasistas tanam 1480 batang/unit green house.
“Lahan 5000 m dapat berdiri 9 unit green house berukuran 400 meter persegi/unitnya dengan kapasitas tanam 1480/ green house. Dengan asumsi kita sekali tanam hasil yang di dapat sekitar 2-2,5 ton. Nanti kalau sudah terpenuhi semua dengan jumlah sekitar 19 green house itu minimal kita perminggu bisa 1 kali panen dengan asumsi 2-2,5 ton/perminggu dengan durasi tanam sekitar 75-80 hari. Sehingga perminggunya bisa 2-2,5 ton dg kualitas dan kuantitas yang bisa stabil,” ujarnya.
Selain itu, kata Anton, Kecamatan Ngimbang menjadi lokasi yang dirasa paling cocok untuk pembudidayakan melon hidroponik.
“Karena setiap daerah punya cuaca, lingkungan sendiri-sendiri, dengan adanya tim budidaya kita terus coba untuk berinovasi, melihat situasi lingkungan, karena iklim dan lingkungan berbeda kami terus belajar meskipun sudah punya SOP, karena banyak hal yang mempengaruhi untuk penerapan pada tanaman seperti kadar air, cuaca dan lainnya, sehingga tidak bisa disamakan ada adaptasi yang harus kita kerjakan. Dan Ngimbang memiliki ketinggian yang cocok, cuacanya bagus panas, dan faktor-faktor lainnya," pungkasnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Diundang Hadir di Pengajian Akbar di Lamongan, Cagub Risma Disambati Masalah Ketersediaan Air Bersih
- Pemkot Surabaya Gelar Upacara Hari Kesaktian Pancasila, PJs Wali Kota Restu Berharap Masyarakat Teladani Nilai-Nilai Kemanusiaan
- Rencana Pemerintah Cetak 3 Juta Lahan Sawah, Bambang Haryo: Maksimalkan Fungsi Lahan Pertanian yang Sudah Ada