Tergerus Budaya Modern, Seni Hadrah Al Banjari Kembali Diperkuat Untuk Kearifan Lokal

Kesenian Hadrah Al banjari
Kesenian Hadrah Al banjari

Kesenian Hadrah Al Banjari sudah menjadi dominasi dan disegani para masyarakat di Kecamatan Prambon, Sidoarjo. 


Lebih tepatnya kesenian Hadrah Al-Banjari digunakan sebagai alat pengiring pada setiap kegiatan keagamaan bahkan kegiatan-kegiatan umum.

Berdasarkan hal tersebut, relawan Ganjar Pranowo, Gus Gus Nusantara Jawa Timur mengadakan Pelatihan Hadrah Selawat Al-Banjari kepada puluhan masyarakat di Majelis Taklim Nurul Hikmah, Kecamatan Prambon, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat (5/5).

Wakil Koordinator Gus Gus Nusantara Wilayah Jawa Timur Gus Hasan Bashori, mengatakan kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan keterampilan dan pemahaman masyarakat dalam menggunakan kesenian Hadrah Al-Banjari, serta menumbuhkan semangat masyarakat untuk menggelar kegiatan rutinan grup selawat.

"Tujuannya adalah untuk mengasah keterampilan dan menggunggah kembali kegiatan selawatan Al-Banjari yang sudah makin dilupakan oleh generasi muda karena tergerus kesenian era modern saat ini. Agar para ansor (generasi muda) bisa kembali mau mempelajari selawat Al-Banjari seperti ini," ujar Gus Hasan.

Namun, lanjut Gus Hasan, kurangnya keterampilan dan pemahaman menjadikan kegiatan kesenian Hadrah Al-Banjari dirasakan kurang. 

Sehingga pentingnya pembelajaran berkelanjutan agar para generasi mampu menguasai kesenian tersebut. 

"Selain karena makin tergerusnya era modern saat ini, selawat Al-Banjari sangat penting sekali dipelajari," kata dia.

Sepanjang proses konsolidasi tersebut, Gus Gus Nusantara mengaku mendapatkan penerimaan dan respons positif dari masyarakat setempat.

"Alhamdullilah semua dapat respons yang baik dari masyarakat, terbukti dengan mereka antusias untuk bisa mengikuti acara pada malam hari ini untuk mempelajari agar mengikuti pelatihan tersebut," ujarnya.

Gus Hasan menilai agenda tersebut menjadi momentum dalam mengumpulkan masyarakat dalam mengenal nilai-nilai keislaman secara luas, sehingga bisa menarik minat dan ketertarikan masyarakat terhadap kesenian bernuansa islam.

"Kegiatan itu juga sebagai momentum untuk melangsungkan kegiatan majelis taklim yang bisa dikembangkan secara lebih masif dan bervariasi," pungkas dia.