Strategi Mengadang Anies

Anies Baswedan/Net
Anies Baswedan/Net

ANIES Baswedan dijegal. Fakta ini rupanya sulit dibantah oleh siapapun. Terlalu banyak bukti yang dibaca dan sampai ke publik. Sehingga sulit ditafsirkan kecuali itu adalah bagian dari satu kesatuan skenario untuk mengadang dan menjegal Anies.

Masifnya upaya untuk jegal Anies sehingga mudah diidentifikasi strateginya oleh publik. Karena kasat mata dan cenderung kasar. Sesuatu yang tidak biasa, alias tidak normal, akan mudah dibaca.

Strategi jegal Anies di antaranya: pertama, black campaign. Fitnah Anies. Sebarkan fitnah ini secara masif. Anies banjir tuduhan sebagai bagian dari kelompok Islam kanan, bahkan ekstrem. Islam garis keras dan pendukung khilafah.

Tuduhan ini tentu mudah dipatahkan, karena tidak didukung cukup data. Tapi, kalau fitnah ini terus menerus disebarkan, apalagi menggunakan orang-orang yang profesional seperti ahli media dan intelijen, maka akan sangat berpengaruh ke publik. Inilah yang terjadi saat ini.

Kedua, hancurkan semua legacy dan jejak positif Anies. JIS, Formula E, Jaklingko, Eco Park, trotoar, jalur sepeda, Taman Ismail Marzuki (TIM), dan semua warisan pembangunan Anies di DKI. Tujuannya, agar tidak bisa menjadi bahan kampanye Anies untuk Pilpres 2024.

Ada upaya untuk memengaruhi memori publik bahwa pembangunan era Anies itu buruk, bahkan bermasalah. Pesan ini yang ingin disampaikan ke publik.

Ketiga, kriminalisasi Anies. Publik tahu, ada upaya serius menjadikan Formula E sebagai strategi untuk mengkriminalisasi Anies. Gagal, sekarang mau beralih ke JIS. Entah apalagi kalau kriminalisasi via JIS juga gagal. Diyakini, upaya kriminalisasi Anies tidak akan berhenti.

Keempat, gagalkan partai-partai untuk mengusung Anies. Bujuk mereka dengan jabatan kabinet dan logistik. Janjikan mereka untuk ditambah suaranya ketika pemilu. Tentu dengan kecurangan. Bagi partai yang ketumnya punya masalah hukum, ini lebih mudah pressure-nya. Mereka, untuk ketemu saja dengan Anies, tidak ada keberanian. Begitu juga dengan tim Anies. Apalagi mendukung.

Anda pasti tahu upaya PK yang menggugat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Ketua Umum Demokrat. Gugatan dilakukan oleh orang yang bukan kader dan menjadi bagian dari kekuasaan. Apa kesan yang anda baca?

Kelima, halangi siapa saja yang akan dilamar jadi cawapres Anies. Jangan sampai Anies mendapatkan cawapres yang bisa membantu menaikkan suaranya. Siapa saja yang didekati Anies untuk jadi cawapres, cegah dia. Bagaimanapun caranya, cegah. Jangan sampai jadi cawapres Anies.

Sejumlah tokoh NU yang digadang-gadang untuk menjadi cawapres Anies mengalami tekanan. Akhirnya mereka menghindar, meskipun sudah ada yang deal dan bersedia jadi cawapres Anies.

Mendadak anak Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa harus mengundurkan dari dari Partai Demokrat. Anggota partai Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) mendadak juga tidak bisa berjumpa lagi dengan Khofifah. Tentu banyak cerita di baliknya, dan tidak bisa ditulis di sini.

Keenam, ganggu kampanye Anies. Gagalkan acara Anies di berbagai daerah dengan cara tidak menerbitkan atau batalkan izin. Kasus "Jalan Sehat" Anies di Bekasi yang dicabut izinnya baru-baru ini bikin heboh. Tidak wajar memang. Itulah politik.

Di berbagai daerah, untuk menyambut acara Anies, ada yang pasang berbagai spanduk menolak kedatangan Anies. Spanduk Anies yang terpasang pun banyak dicopot oleh oknum, entah siapa. Semua menduga, itu dari lawan. Ada juga yang melakukan pressure kepada panitia agar ketakutan untuk mengadakan acara buat Anies. Datangi para tokoh lokal agar tidak ikut hadir dan mendukung acara tersebut.

Ketujuh, beri dukungan masif kepada lawan Anies. Arahkan para relawan dengan seperangkat timses, lembaga survei, dan konsultan politik untuk memperkuat barisan lawan Anies. Para penyedia logistik juga diarahkan untuk Mback up lawan Anies.

Jika lawan Anies sudah bisa bagi-bagi amplop dan sembako, karena back up logistik mereka cukup besar. Malah ada isu bahwa back up logistiknya sampai 2 miliar dolar AS. Sekitar Rp30 triliun.

Setelah semua kandidat terdaftar, apakah Anies akan aman? Tidak juga. Malah upaya untuk mengganggu dan menggagalkan kampanye Anies boleh jadi akan semakin masif. Pressure kepada para tokoh yang mendukung Anies bisa semakin kuat. Begitu juga kepada para penyedia logistik.

Terutama kecurangan. Ini yang paling dikhawatirkan semua pihak. Pemilu curang menjadi fenomena selama ini. Lawan akan menggunakan semua jalur untuk mencurangi Anies. Di sini, demokrasi telah lama sekarat.

Akses logistik pun akan terus berupaya untuk diadang. Mereka akan menebar ketakutan kepada para pendukung Anies, baik itu elite politik, pejabat, para tokoh, maupun penyedia logistik.

Tapi banyak orang lupa, para pejabat sedang mencari masa depannya. Mereka akan mencari akses untuk mendukung capres yang potensial. Elite politik juga melakukan hal yang sama. Terutama pengusaha. Untuk mengamankan bisnisnya, mereka siapkan logistik kepada semua kandidat. Mereka bisa secara silent memberikan dukungan kepada para capres. Tanpa terkecuali.

Kekuasaan rezim akan berakhir dan kemudian berganti. Maka para elite politik, pengusaha, dan pejabat akan sibuk mencari sekoci untuk masa depan mereka. Mereka tinggalkan rezim yang lama dan mencari rezim yang baru. Ini hukum sejarah.

Di sinilah peluang Anies untuk menang sangat besar. Dan ini pula yang membuat sejumlah elite punya alasan untuk takut kepada Anies, lalu melakukan segala upaya penjegalan dari awal.

Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa.