Bila Ganjar Cawapres

Ganjar Pranowo/ist
Ganjar Pranowo/ist

BEBERAPA kalangan menilai, bila Pilpres digelar hari ini, pemenangnya Prabowo Subianto. Lainnya bilang yang menang justru Anies Baswedan. 

Lalu posisi Ganjar Pranowo bagaimana? Sulit menang. Meski didukung PDIP, suara Ganjar sudah stagnan. 

Di Jawa Timur, suara dimenangkan Prabowo atau Anies. Di Jawa Barat juga. Termasuk DKI Jakarta. Kecuali Jawa Tengah. 

Baru-baru ini viral Bupati Banyumas Achmad Husein dalam acara Soedirman Student Summit di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (8/8/2023).

Dalam sesi tanya jawab pada empat mahasiswa, siapa dari tiga Capres (Ganjar, Prabowo, Anies) yang bakal menang?

Dijawab mahasiswa pertama: Anies Baswedan. 

Riuh mahasiswa bertepuk tangan.

Husein yang kader PDI Perjuangan (PDIP) membalas: tidak apa-apa...tidak apa-apa...

Mahasiswa kedua ditanya. Siapa pemenang dari tiga Capres. Sama. Dijawab: Anies Baswedan. 

Tidak kapok. Husein giliran bertanya ke mahasiswi. Berharap jawabannya beda. Eh, tetap sama. Pemenangnya Anies Baswedan. 

Seluruh ruangan riuh.

Netizen ramai berkomentar. Mahasiswi adalah pemilih pemula yang mempunyai daya pikir jernih. Jujur. Tidak mengada-ada. Tidak terkontaminasi urusan politik. 

Ganjar sendiri sudah gencar disosialisasikan oleh relawan. Para relawan Ganjar 'bergerak' lebih dahulu ke sana kemari. Ramai media memberitakan. Sampai-sampai media mainstream menolak berita Ganjar. 

Di beberapa lembaga survei, elektabilitas Ganjar tetap kalah dari Prabowo. Padahal Prabowo belum bergerak. Relawannya juga belum turun. Sementara survei internal di tingkat lokal lebih menjagokan Anies. 

Ganjar tertinggal? Ganjar kalah? Sepertinya begitu. 

Sejauh ini banyak kalangan menilai pencitraan Ganjar terkesan tidak serius. Di Medsos, Ganjar dibuat pencitraan turun ke jalan menemui pendukungnya. Ada momen Ganjar sedang joging tiba-tiba didatangi emak-emak yang minta swafoto. Ada yang bilang ini 'guyonan' pencitraan. Sangat monoton. Bisa terbaca masyarakat yang kini mulai melek teknologi. 

Di Medsos, komentar netizen sangat pedas. Menohok. Tanpa basa basi. Dari gaya tulisan, netizen yang berkomentar bukan pendengung bayaran atau buzzeRp. Bukan pula relawan dari Prabowo atau Anies. Mereka murni netizen yang punya rasa keingintahuan tinggi terhadap sosok pemimpin 2024 mendatang. 

Mereka menganggap pencitraan Ganjar terlalu dipaksakan dan terkesan dibuat-buat. Hal ini justru membuat netizen geregetan. 

Belum lagi blunder yang dibuat Ganjar saat podcast Deddy Corbuzier dan tayang di YouTube  pada 3 desember 2019 lalu. Dia mengaku suka menonton film porno. 

“Salah saya dimana kalau nonton film porno? Wong saya suka, kok..." aku Ganjar.

Ini blunder tingkat tinggi. Blunder paling fatal seorang calon presiden.  

Atas blundernya itu, sampai sekarang banyak netizen memberi stigma negatif pada Gubernur Jawa Tengah tersebut. Ganjar kemudian dikesankan sebagai Capres yang tidak mengesankan sosok Capres, bila dibanding dua pesaingnya. 

Sehingga muncul pertanyaan, apakah tidak salah PDIP menjagokan Ganjar? 

Penulis hanya bisa berandai-andai. Apakah pencalonan Ganjar bagian dari strategi PDIP? Mungkinkah saat ini Ganjar sebenarnya dipersiapkan untuk posisi Cawapres?

Ketika semua orang, mulai menteri hingga kepala daerah saling  berlomba menjadi Cawapres PDIP, justru Cawapresnya sudah ada di depan mata. Dan sekarang sedang diperkenalkan ke seluruh pelosok negeri. 

Lalu siapa Capres sesungguhnya?

Sekali lagi penulis cuma bisa berandai-andai. 

Di last minute, dengan elektabilitas Ganjar yang tidak naik juga tidak turun, PDIP kemungkinan akan mengganti jagoannya. Yang maju Megawati Soekarnoputri. 

Megawati tidak butuh pencitraan. Seluruh rakyat Indonesia sudah mengenalnya. Yang butuh pencitraan justru wakilnya untuk mendongkrak suara Capresnya. 

Majunya Megawati di last minute, akan mengubah situasi. Capres lain yang sampai sekarang masih wait and see, akan berpikir ulang dan berhati-hati memilih Cawapres.

Sejauh ini, selain Jokowi, hanya Megawati yang mampu mengimbangi elektabilitas Prabowo. Bahkan Megawati juga yang bisa menjungkalkan pencalonan Anies.

Ya, Megawati bakal head to head dengan Prabowo. Juga dengan Anies. 

Dengan majunya Megawati, besar kemungkinan Jokowi bakal mendukung penuh. Tidak seperti sekarang. 'Bersayap'.

Pencalonan Megawati akan menyudahi euforia duet Prabowo-Gibran. Tagline 'nderek Jokowi' akan benar-benar diikuti pendukung Jokowi. Mereka kembali ke tracknya. Demikian pula loyalis PDIP yang saat ini terbelah antara kubu Ganjar dan kubu Prabowo. 

Sekali lagi, ini hanya berandai-andai.

*Wartawan Kantor Berita RMOLJatim