Donatur Tetap Koruptor

Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net

SUATU hari pada tahun 2018, pengguna Pertamax menyombongkan diri pada pengguna Pertalite. Pengguna Pertamax sok merasa sombong. Baru beli Pertamax pertama sudah merasa menjadi sultan.

***

Pertamax: Nih, kita bantu negara. Beli BBM non subsidi. Kamu jangan makan BBM subsidi terus.

Pertalite: Lha bagaimana lagi. Kita penghasilan pas-pasan. Boro-boro beli Pertamax, beli Pertalite saja ngos-ngosan.

Pertamax: Keunggulan beli Pertamax itu banyak, selain RON 92, juga kita tidak perlu antre di SPBU.

Pertalite: Iya juga sih. Enak banget jadi sultan. Isi BBM tak perlu antre. Saya sebenarnya pengin begitu.

Pertamax: Makanya beli Pertamax. Jadilah sultan di negeri sendiri. Itung-itung bantu pemerintah. Kasihan Pertamina selalu mensubsidi rakyatnya. Kalau begitu terus kita rugi.

Pertalite: Ah, masa Pertamina rugi. Bukankah Pertamina itu kapitalis. Semua orang beli BBM ke Pertamina.

Pertamax: Ya rugi kalau terus-terusan beri subsidi ke rakyat. Makanya jadi rakyat harus pinter. Jangan makan melulu. Mikir.

***

Tahun 2025, Kejagung menetapkan tujuh petinggi Pertamina Patra Niaga dalam kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah di antaranya dengan cara mengoplos BBM dengan RON 90 (Pertalite) menjadi RON 92 atau (Pertamax) yang merugikan negara Rp 193,7 triliun. 

Mereka adalah selaku Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan; Direktur Feedstock and Product Optimization PT Kilang Pertamina Internasional, Sani Dinar Saifuddin; Direktur Utama PT Pertamina International Shipping, Yoki Firnandi; VP Feedstock Management PT Kilang Pertamina International Agus Purwono.

Lalu Beneficially Owner PT Navigator Khatulistiwa Muhammad Kerry Adrianto Riza; Komisaris PT Navigator Khatulistiwa dan Komisaris PT. Jenggala Maritim, Dimas Werhaspati; dan Komisaris PT Jengga Maritim dan Direktur PT Orbit Terminal Merak, Gading Ramadhan Joedo.

Pengguna Pertalite dan Pertamax kembali terlibat dalam obrolan saat mengisi BBM di Pom Shell.

***

Pertalite: Lho, kok ngisi di Shell. Bukannya kamu pengagum Pertamina?

Pertamax: Jancuk, kita ditipu. Pertamax yang kita beli ternyata dioplos. Kita beli Pertamax maunya bantu pemerintah, eh malah jadi donatur tetap koruptor.

Pertalite: Katanya Pertamina rugi karena subsidi?

Pertamax: Rugi mbokne ancuk. Ya rugi karena dikorupsi berjamaah. Bener katamu. Pertamina itu kapitalis, tidak mungkin rugi. Kalau dikorupsi itu pasti.

Pertalite: Terus berapa kerugiannya?

Pertamax: Rp 193,7 triliun, Cuk. Katanya itu cuma hitungan tahun 2023 saja.

Pertalite: Itu yang rugi negara?

Pertamax: Iya.

Pertalite: Terus kerugian rakyat ga dihitung. Rakyat yang selama ini beli Pertamax apakah tidak dianggap penting bagi mereka. Berapa kerugian rakyat yang telah ditipu. Belum lagi kendaraan mereka yang rusak gara-gara BBM Pertamax. 

Pertamax: Wah, ga ngerti. Ndasku mumet.

Pertalite: Ndasmu mumet. Berarti ndas-ndas lain juga sama. Jadi korban penipuan demi kerakusan. Dan korbannya tidak main-main. Seluruh rakyat negeri.

Pertamax: Iya. Kita benar-benar jadi donatur tetap koruptor (sambil garuk-garuk kepala).

Pertalite: Tapi kemarin ada bantahan bahwa Pertamax tidak dioplos. 

Pertamax: Mana ada maling ngaku. Mereka klarifikasi karena takut saja diboikot. Wis ga percoyo maneh.

Pertalite: Terus solusinya apa ditutup ditutup?

Pertamax: Ndasmu!!??

Pertalite: Kok Ndasmu...

Pertamax: Kalau Pertamina ditutup, terus bagaimana mereka mau korupsi.

Pertalite: Iya juga. Mereka ga bisa nipu rakyat lagi. Mereka ga bisa cari duit dengan cara haram lagi.

Pertamax: Eh, sebenarnya yang kita bicarakan ini rakyat yang mana? 

Pertalite: Lho bukannya ini rakyat Konoha yang ditipu sama pemerintahnya.

Pertamax: Eh keliru. Ini negeri Wakanda. Di sini semua pejabatnya penipu dan maling. 

Pertalite: Kalau negeri tetangga bagaimana?

Pertamax: Indonesia maksudnya?

Pertalite: Iya.

Pertamax: Kalau negeri itu jangan ditanya. Tahun 2050 akan jadi negara maju melewati Jepang dan Inggris. Presidennya gemoy. Tidak suka omon-omon. Negaranya bebas dari koruptor. Korupsi nikel Rp 300 triliun saja dihukum berat 6,5 tahun. 

Pertalite: Iya itu, Indonesia tidak gelap tapi terang. Kalau di Konoha atau Wakanda, pejabat korupsi mah bebas. Tidak dihukum. Malah tokoh terkorup 2024 versi OCCRP dipuja-puja dan dijadikan pengawas dana Rp 14 ribu triliun. 

Pertamax: Makanya kita harus meniru. Minimal orang korupsi ratusan triliunan dihukum berat 6,5 tahun. 

***

Setelah mengisi BBM di Shell, kedua pengguna Pertalite dan Pertamax berpisah.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news