Perang Dingin Gus Yaqut-Cak Imin,  Warga PKB Disebut Suka Visi Keberlanjutan

Yaqut Cholil Qoumas dan Muhaimin Iskandar/RMOL
Yaqut Cholil Qoumas dan Muhaimin Iskandar/RMOL

Perang dingin elite Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar dengan Yaqut Cholil Qoumas, diduga terkait dukungan pada Pilpres 2024. 


Pengamat politik Igor Dirgantara, menilai, pilihan bergabung dengan Koalisi Perubahan untuk Persatuan, membuat PKB terlibat intrik dengan kader yang sekaligus pengurus partai sendiri.

"Fenomena ini menunjukan tidak ada sinkronisasi antara basis massa Anies Baswedan yang cocok dengan wacana perubahan, dengan basis suara Cak Imin dan partai yang dipimpinnya," kata Igor melansir Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (5/10).

Dia meyakini, ketegangan Cak Imin dan Yaqut didasari visi misi Anies Baswedan. "Sebagian massa PKB sepertinya lebih suka keberlanjutan dari pemerintahan saat ini," tuturnya.

Belum lagi, tambah Direktur Polling dan Survei Indonesia (Spin) itu, ada friksi berkepanjangan antara Gusdurian dengan kepemimpinan Cak Imin di PKB.

"Sehingga, tidak ada atau belum ada soliditas dari pemilih PKB untuk memenangkan duet Amin (Anies-Cak Imin) saat ini," katanya.

Igor menduga Cak Imin bakal kehilangan sebagian suara potensial, jika tetap bersama Koalisi Perubahan untuk Persatuan.

"Dengan kata lain, sebagian massa PKB lebih suka partainya bergabung ke Koalisi Indonesia Maju (KIM) atau koalisi PDIP," pungkas Igor.