Mantan Relawan: Jokowi Bangun Dinasti dengan Cara Culas Memainkan Hukum

Presiden Joko Widodo bersama Gibran Rakabuming Raka/Net
Presiden Joko Widodo bersama Gibran Rakabuming Raka/Net

Nama Gibran Rakabuming Raka menguat sebagai cawapres Prabowo menjelang pengumuman Mahkamah Konstitusi (MK) atas gugatan syarat usia capres dan cawapres. 


Menurut mantan Kepala Sekretariat Direktorat Relawan Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin (2019), Jay Octa, jika MK akhirnya menerima gugatan tersebut dan Gibran bersedia menjadi cawapres Prabowo, maka Indonesia akan masuk ke babak suram.

“Kalau sampai MK membuka pintu bagi Gibran untuk melenggang menjadi cawapres, dunia hukum kita sudah jungkir balik. Hukum yang mengabdi pada penguasa dan merusak tatanan demokrasi,” kata Jay Octa dalam keterangan tertulis dimuat Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (15/10).

Oleh karena itu, Jay meminta para hakim MK mendengar keresahan yang sekarang menggema di masyarakat, sebelum mengambil keputusan.

“Kemarahan sudah merebak di mana-mana, apakah para hakim Mahkamah Konstitusi tidak mendengarnya?” tegasnya.

Lalu kemudian jika nanti Jokowi merestui Gibran mendampingi Prabowo dalam pilpres, maka tudingan banyak pihak bahwa mantan Gubernur DKI Jakarta itu haus kekuasaan tak terbantahkan.

“Apa yang disebut-sebut Jokowi akan membangun dinasti politik tak bisa disanggah lagi. Yang membuat rakyat marah karena cara yang ditempuh adalah cara culas, curang, dengan mempermainkan hukum,” jelas Jay.

Jay menyayangkan, Jokowi yang hampir sepuluh tahun bekerja sepenuh hati untuk kemajuan Indonesia harus mengakhiri masa jabatannya dengan menyedihkan.

“Kita semua bangga dengan kinerja Jokowi selama ini. Namun sayangnya dia tidak bisa soft landing, karena tak kuat melawan godaan kekuasaan, untuk membangun dinasti politik dengan cara culas,” ujar dia.

Jay mengaku kecewa karena Jokowi belakangan berubah seratus delapan puluh derajat, terutama dalam hal demokratisasi.

“Demi melanggengkan kekuasaan dia menggunakan cara melebihi cara-cara Orde Baru. Ini merusak semangat perjuangan reformasi,” pungkasnya.