Ketua Umum PP ISNU Dorong Lakukan 4 Tranformasi, Untuk Kemajuan NU Di Masa Depan

Ketum DPP ISNU usai pelantikan PC ISNU Jember di Aula UNIPAR Jember.
Ketum DPP ISNU usai pelantikan PC ISNU Jember di Aula UNIPAR Jember.

Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU), Dr. KH. Ali Masykur Musa mendorong pengurus ISNU Jember menjadi Pelopor transpormasi Budaya dan kepemimpinan untuk kemajuan warga Nahdliyyin (Sebutan bagi warga NU). Hal ini untuk menjawab tantangan jaman kedepan, yang terus berubah.


Dalam kesempatan tersebut, dia menjelaskan ISNU sudah memiliki 90 persen Pengurus ISNU dari 540 lebih kabupaten/kota di Indonesia.  Termasuk yang baru dilantik Pengurus ISNU Jember.

Meskipun secara kuantitas menunjukkan perkembangan, namun secara kualitas NU masih harus berbenah. Ali Masykur Musa mendorong NU segera melakukan transformasi di berbagai bidang.

"Ada empat transformasi, yang harus dilakukan NU," ucap Ali Masykur Musa, usai melantik Pengurus ISNU Jember periode 2023-2027 di Aula UNIPAR Jember, Minggu ( 22/10) petang.

Pertama transformasi dalam bidang budaya. Kultur yang selama ini membelenggu NU sudah harus diubah. Salah satunya terkait upaya menghargai waktu. Slogan yang sering muncul jika tidak terlambat maka tidak NU. Padahal paradigma tersebut merupakan paradigma lama yang harus ditinggalkan.

NU harus mampu melakukan transformasi budaya dengan mengandalkan kemajuan Islam dalam sebuah kurun. Sebab, jika budaya NU lama masih dipertahankan, maka NU pada akhirnya hanya bisa melihat tanpa bisa berpikir tanpa mengalami kemajuan.

Yang kedua, NU juga perlu melakukan transformasi kepemimpinan. Saat ini sudah bukan zamannya melakukan tugas kepemimpinan berdasarkan konsep patron klien.

"Kepemimpinan NU saat ini harus menganut kepemimpinan yang mengajak. Maaf, tidak boleh elitisme, patron seorang pemimpin harus diatas, tapi mengajak," terangnya.

Dengan transformasi kepemimpinan, maka tidak perlu khawatir lagi soal kecemburuan internal. Pada akhirnya NU akan menerima sebuah perbedaan.

Di NU kurang dialog. Berbeda dianggap permusuhan. Kalau menuntut harus dipenuhi, kalau tidak akan memusuhi pemimpin,” ujar Ali Masykur Musa.

Ketiga, tranformasi teknokrat, yakni  Dalam bidang teknokrasi harus ditingkatkan, NU harus segera mendistribusikan kader masuk dalam teknokrasi. Teknokrat dari kalangan NU akan memperkuat posisi NU.

"Sebab, saat ini jaman sudah berubah, jika NU tidak memiliki teknokrasi baru, maka akan kesulitan untuk menempatkan kadernya ditempat strategis," katanya.

Selama NU tidak memiliki teknokrasi yang kuat, maka  NU hanya akan menjadi objek. NU akan terombang-ambing. Transformasi harus segera atau NU hanya akan memiliki ide besar tanpa eksekusi,” pungkasnya.

Keempat, transformasi bidang ekonomi, bahwa ISNU harus segera melakukan transformasi dalam bidang ekonomi. Orang  NU yang selama ini identik mencari pekerjaan, maka ke depannya harus memberikan pekerjaan.

Dia menjelaskan NU tidak hanya bergerak dalam bidang pendidikan , tapi juga bergerak di bidang ekonomi, yakni mempersiapkan kader-kadernya menjadi Interpreniur (pengusaha). 

"Karena pengusaha saat ini, sangat menentukan kebijakan di semua level pemerintahan. Karena itu di NU harus banyak pengusahanya," jelasnya.

NU harus kaya dan menjadi bagian besar dari perekonomian bangsa Indonesia. Dalam bidang ekonomi, NU harus mandiri. Sebab ketidakmandirian hanya akan mengurangi independensi NU.

Hal ini lanjut Ali Masykur, menjadi tantangan bagi warga NU. Menurut dia Orang NU harus kaya punya kekuatan ekonomi besar. Karena selama ini kebijakan pemerintah lebih banyak mengakomodasi pemilik modal yang berdiri di belakang para penguasa, apalagi saat ini terjadi situasi liberalisasi politik.