Perseteruan Megawati-Jokowi yang Gandengkan Prabowo-Gibran Untungkan Pasangan Amin

Pengamat Politik Yusfitriadi/RMOLJabar
Pengamat Politik Yusfitriadi/RMOLJabar

Pendeklarasian putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, sebagai bakal calon wakil presiden mendampingi bakal calon presiden Prabowo Subianto membuat kontestasi politik menuju 2024 semakin panas. 


Sebab, dengan deklarasi Walikota Solo itu sebagai bakal cawapres bagi Prabowo mengundang beragam reaksi dari berbagai pihak. Di antaranya Jokowi dianggap sedang membangun dinasti politik yang berpotensi terjadinya perang terbuka antara Jokowi dengan Megawati dan PDI Perjuangan.

Menurut pengamat politik, Yusfitriadi, berdasarkan data dan perkembangan terakhir di mana Prabowo memilih Gibran sebagai cawapresnya, merupakan kerugian besar bagi Ketum Partai Gerindra itu. Sebab, di hampir semua lembaga survei elektabilitas Prabowo mengalami penurunan.

"Prabowo ngambil Gibran itu kerugian besar, karena hampir semua lembaga survei ketika Prabowo ngambil Gibran maka elektabilitasnya turun, dan tetap yang paling tinggi elektabilitasnya ketika ngambil Erick Thohir," kata Yusfitriadi kepada Kantor Berita RMOLJabar, Rabu (25/10).

Secara presentasi, suara Prabowo-Gibran hanya berada di angka 34-35 persen, berbeda ketika dipasangkan dengan Erick Thohir yang mencapai 37-38 persen. Jadi secara elektabilitas, Prabowo merugi telah menggaet Gibran.

Kemudian, secara stigma di masyarakat muncul stigma-stigma negatif terhadap Golkar yang membajak kader partai politik lain, yaitu Gibran yang masih jadi kader PDIP. Sehingga muncul juga stigma adanya pengkhianatan Gibran dan Jokowi terhadap PDIP dan Megawati.

"Ini adalah skenario yang diatur sejak awal oleh Jokowi yang membuat stigma publik yang merugikan Prabowo, dan ini rugi besar, gitu loh," ungkapnya.

Bukan itu saja, dengan memilih Gibran sebagai cawapres maka ini merupakan perang terbuka antara Megawati, PDIP, dengan Jokowi dan partai-partai yang diendorsenya.

"Nah, kalau sudah perang terbuka sudah pasti menghabiskan energi. Ketika perang terbuka menghabiskan energi itu akan berpengaruh terhadap dua hal. Pertama konstituen akan ikut perang juga, dan kedua ketika perang terbuka terjadi maka akan ada pihak yang diuntungkan, yaitu Amin (Anies-Cak Imin)," pungkasnya.