Bahaya Laten Politik Dinasti


JANGAN terbuai rayuan para pendukung politik dinasti. Rayuan itu sungguh melenakan lalu menyengsarakan. Para pendukung politik dinasti tak pernah berniat menyejahterakan rakyat banyak. Niat mereka hanyalah ingin mempertahankan zona nyaman yang selama ini sudah dinikmatinya.

Rakyat banyak tak mungkin ikut menikmati kue pembangunan kecuali hanya diguyur bantuan terbatas. Sedangkan kue pembangunan itu habis dibagi untuk oligarki atau bohir di balik dinasti yang berkuasa. Para oligark sekutu dinasti mengeruk kekayaan alam Indonesia demi kemakmuran keluarganya. Bukan untuk kemakmuran rakyat.

Akibat lain dari politik dinasti adalah tersumbatnya meritokrasi. Jalannya pemerintahan berbasis penilaian pada obyektivitas. Dalam politik dinasti tidak ada meritokrasi. Tidak ada obyektivitas, yang ada adalah sejauhmana seseorang dekat atau telah menjadi anggota keluarga atau kerabat dinasti yang berkuasa.

Peluang untuk berkontestasi bagi generasi mendatang akan dihambat oleh praktek politik dinasti. Generasi mendatang tak akan terbiasa untuk berlatih bagaimana menjadi petarung karena politik dinasti tak menginginkan pertarungan. Yang dikehendaki politik dinasti adalah penghambaan, ketundukan, kepatuhan. Tunduk setunduk-tunduknya pada dinasti yang berkuasa. Kepatuhan sepatuh-patuhnya pada elit politik dinasti. Situasi yang diciptakan politik dinasti benar-benar merusak mentalitas petarung bangsa.

Tanpa hubungan darah, tanpa kedekatan pada dinasti yang berkuasa, jangan berharap bisa masuk arena kekuasaan. Seluruh lini kekuasaan dipegang kaki-tangan dinasti. Jika bukan karena kerabat, keluarga atau teman dekat, maka yang mengisi jabatan atau kekuasaan adalah loyalis utama dinasti. Praktek ini sebenarnya lazim ditemui dalam sistem monarki absolut.

Mereka yang mempraktekkan politik dinasti saat ini mengelabui rakyat pemilih melalui mekanisme demokrasi. Mereka menyusup ke dalam mekanisme dengan cara memainkan aturan, menipu publik, menyebar buzzer memperdaya anak muda, menebar pesona semu dan menjadikan kekonyolan sebagai hiburan. Semua cara menjadi halal demi memenangkan pertarungan.

Politik dinasti tidak butuh etika. Tak perlu bicara moral atau norma. Semua hal ideal untuk menopang kenegaraan menjadi tak penting. Yang dibutuhkan justru kelicikan, kelancungan, intimidasi, keculasan, atau kriminalisasi. Politik dinasti membutuhkan semua itu agar lancar terus berkuasa dan menguasai negara.

Peneliti di Surabaya


ikuti update rmoljatim di google news