Kinerja Intermediasi Sektor Jasa Keuangan Wilayah Kerja OJK Jember Tumbuh dan Terjaga

Kepala OJK Jember Hardi Rofiq saat di Banyuwangi/ist
Kepala OJK Jember Hardi Rofiq saat di Banyuwangi/ist

Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jember Hardi Rofiq mengapresiasi perkembangan sektor keuangan perbankan yang dinilai memiliki tren positif dan mampu menghadapi berlanjutnya penurunan pertumbuhan ekonomi dan tingginya ketidakpastian global.


Hal itu, dikatakan pada acara Media Briefing kepada awak media yang tergabung dalam Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) se Karesidenan Besuki dan Lumajang (Sekar Kijang), Rabu, 13 Desember 2023 malam, di Banyuwangi.

Per September 2023, pertumbuhan aset perbankan di Sekar Kijang secara year on year (yoy), baik bank umum maupun BPR masing-masing sebesar 4,43 persen dan 6,58 persen. 

“Dimana salah satu kontribusi yang cukup besar terhadap pertumbuhan tersebut adalah Kabupaten Jember dengan total nilai share asset Rp.66,89 triliun atau 58,33 persen terhadap seluruh total aset perbankan di wilayah kerja (wilker) OJK Jember,” kata Hardi, di Kokoon Hotel Banyuwangi, dikutip Kamis (14/12).

Sementara itu, kondisi umum kinerja intermediasi BPR di Sekar Kijang per September 2023 terpantau cukup baik dengan tren meningkat. penyaluran kredit mengalami peningkatan sebesar 4,75 persen (yoy) menjadi Rp2,15 triliun.

Namun demikian pertumbuhan kredit tersebut masih dibawah rata-rata pertumbuhan kredit BPR di Provinsi Jawa Timur yang tumbuh sebesar 16,58 persen. Selain itu, berdasarkan jenis penggunaan kredit BPR terkonsentrasi pada kredit Modal Kerja sebesar 73,40 persen.

Dilanjutkan, dengan kredit konsumsi  sebesar 20,05 persen dan kredit investasi sebesar 6,55 persen. Dari sisi penghimpunan DPK tercatat untuk di wilayah Sekar Kijang mengalami peningkatan sebesar 6,68 persen (yoy) dengan kontribusi kenaikan tertinggi dari tabungan yaitu sebesar 10,74 persen.

Sementara itu, risiko kredit yang ditandai dengan kualitas non performing loan (NPL) terpantau membaik yaitu dari 10,04 persen menjadi 9,79 persen yoy.

Kinerja intermediasi bank umum wilker OJK Jember pada September 2023 terpantau terjaga, kredit tumbuh sebesar 5,43 persen yoy menjadi Rp54,45 triliun dengan kontribusi terbesar disokong kredit konsumsi sebesar 7,00 persen yoy. Diikuti kredit modal kerja sebesar 5,11 persen.

Dari sisi penghimpunan DPK bank umum terpantau meningkat 0,36 persen yoy dengan kontribusi tertinggi dari tabungan sebesar 2,51 persen. Sedangkan giro dan deposito masing-masing mengalami kontraksi sebesar 0,14 persen dan 5,72 persen.

“Perlambatan pertumbuhan khususnya pada deposito tersebut diperkirakan adanya biaya kuliah akademi/ perguruan tinggi. Sementara itu, risiko kredit yang ditandai dengan kualitas non performing loan (NPL) terpantau membaik dari semula 3,89 persen menjadi 3,70 persen,” papar Hardi.

Eksposur kredit perbankan terhadap UMKM juga terkonfirmasi sangat baik. Per September 2023 pangsa kredit UMKM terhadap total penyaluran kredit di Sekar Kijang untuk bank umum dan BPR masing-masing tercatat sebesar 30 persen di tahun 2024.

“Hal tersebut sejalan dengan komitmen OJK yang mendorong perbankan untuk berkontribusi mendorong peran UMKM terhadap perekonomian di daerah,” katanya.

Pada pasar modal di wilker OJK Jember mencatatkan pertumbuhan positif hingga periode bulan September 2023 dengan kenaikan single investor identification (SID) sebesar 24,69 persen, lebih tinggi dibandingkan kenaikan SID Jawa Timur yang sebesar 18,89 persen. 

Sementara, nilai transaksi saham pada Sekar Kijang sebesar Rp 683,60 miliar atau turun cukup signifikan sebesar 62 persen dengan jumlah nasabah sebanyak 79.054. Sedangkan untuk nilai kepemilikan sahamnya sebesar Rp2,25,triliun atau naik sebesar 66,91 persen yoy.

“Nilai penjualan APERD (Agen Penjual Efek Reksa Dana) sebesar Rp 74,45 miliar atau naik sebesar 45,43 persen yoy,” tambahnya.

Tak hanya itu, sektor Industri Keuangan Non Bank (IKNB) secara keseluruhan penyaluran pinjaman Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Sekar Kijang mengalami peningkatan sebesar Rp 3,51 miliar atau 9,73 persen yoy. Yaitu dari Rp 36 miliar menjadi Rp 39,5 miliar.

“Jumlah industri LKM kedepan akan terus bertambah seiring adanya pengukuhan Bumdesma eks PNPM oleh pemerintah daerah yang bertransformasi menjadi LKM,” tutupnya.