Krisis ekonomi terpaksa membuat Kepala Pemerintahan Lebanon, Perdana Menteri Saad Hariri mengundurkan diri.
- Di Survei Demokrat Bertengger di 5 Besar, AHY Dinilai Cocok Dampingi Anies
- Bila SBY Turun Gunung Dukung Surya Paloh Menangkan Anies Baswedan, Jokowi Bakal Kewalahan
- Menjawab Tudingan Benny Harman, Irjen Argo Yuwono: Kami Cek Dulu, Jangan Diseret ke Politik
Utang luar negeri Lebanon mencapai 86 miliar dolar AS atau lebih dari 150 persen PDB nasional mereka. Sementara diberitakan BBC, Kamis (24/10) lalu, kebijakan yang diambil pemerintah dan disetujui parlemen adalah kebijakan austerity atau pengetatan anggaran belanja negara untuk menekan defisit ekonomi.
Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan menaikkan pajak, keputusan yang membuat kemarahan rakyat semakin menjadi-jadi.
Ekonom senior DR Rizal Ramli, menguraikan bahwa kasus Hariri menjadi bukti kebijakan austerity bukan solusi menghadapi krisis.
Gagal selesaikan krisis, Hariri mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri Lebanon. Kebijakan austerity (pengetatan) Hariri mendapat perlawanan dari rakyat Lebanon,†tegasnya dalam akun Twitter pribadi, Rabu (30/10), dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL.
Untuk kasus di dalam negeri, Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid itu sudah berulang kali mengingatkan bahwa kebijakan austerity yang menjadi jurus andalan Menteri Keuangan Sri Mulyani bukan solusi.
Dia sudah memprediksi bahwa kebijakan itu hanya akan menyenangkan asing yang memberi pinjaman. Sebab, tujuan dari jurus Sri Mulyani itu hanya untuk memastikan ada uang untuk membayar utang pada kreditor.
Di satu sisi, austerity justru akan membuat ekonomi Indonesia menjadi lesu. Pasalnya, di tengah ekonomi yang sulit, pemerintah memberi kenaikan pajak yang mencekik dan suplemen untuk meningkatkan daya saing dipangkas. [mkd]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- KH.Mas Mansyur Berikan Pencerahan Perjuangan Di Rumah Juang Prabowo
- Mundur sebagai Wabup Indramayu, Lucky Hakim Dinilai Gagal Bangun Komunikasi Politik
- Terapkan Suku Bunga Tinggi, BI Sepertinya Sudah Menyerah Hadapi Tekanan Rupiah