Berkat Mahadata plus Akal Imitasi, Riset Jadi Mudah

Foto dok
Foto dok

JAGAT riset kian melesat saat ini berkat bantuan teknologi maju seperti Big Data atau Mahadata dan Artificial Intelligence atau kini disebut sebagai Akal Imitasi (AI). Perkembangan pesat dua teknologi maju tersebut makin mempermudah riset terutama saat penggalian data, penataan data dan mengekspose data agar bisa menjadi rujukan untuk pembuatan kebijakan atau program aksi.

Kenyataan tersebut bukan cuma terjadi di negeri maju, sebab fakta yang sama juga terjadi di negeri-negeri kawasan Asia Tenggara. Para periset yang terhubung dalam jejaring antar lembaga riset atau kampus biasanya mempunyai keterampilan sama dalam pemakaian AI dan mahadata. Kelancaran serta kecepatan penggalian data sangat tergantung pada keterampilan ini. Terutama keterampilan untuk memakai dua teknologi tersebut pada ranah hukum, kebijakan serta evaluasi pekembangan program.

Penyimpanan serta pengolahan mahadata tidak bisa dilakukan sembarangan. Terutama jika menyangkut regulasi atau produk hukum yang perlu disajikan pada riset-riset berkelanjutan. Misalnya penyimpanan data dalam Structured Query Language (SQL) yang bermanfaat saat kita ingin memecahkan masalah dan memperbaiki kueri SQL yang tidak berkinerja baik dari sudut pandang kinerja. Diperlukan pemahaman terhadap istilah-istilah seperti data pages (halaman data), root node (simpul akar) dan leaf nodes (simpul daun).

Sedangkan pemahaman terhadap AI kini diperlukan bukan sekadar menyimpan data, melainkan bagaimana data itu harus disajikan untuk menopang riset yang sedang berlangsung. Saat ini, kajian-kajian mahadata mulai juga melihat kehadiran data dalam bingkai sains. Sehingga muncul istilah sains data. Pengetahuan mendalam tentang data serta bagaimana data iru bisa diolah. Para penulis buku ini menganggap pemahaman terhadap sains data kini lebih relevan dibanding hanya terfokus pada mahadata saja.

Sejumlah piranti dan teknik dalam sains data kini bahkan sudah diaplikasikan ke dalam pengembangan evaluasi riset. Dengan akses ke dataset (kumpulan data) yang besar, kualitas tinggi serta granular (data yang paling terperinci dan tepat dalam suatu kumpulan data dengan tingkat spesifisitas yang tinggi), maka proses riset lebih lancar serta rinci. Bank Dunia telah menggunakan proses evaluasi risetnya dengan piranti semacam itu.

Namun demikian, setelah melalui serangkaian pengamatan seksama terhadap isu mahadata dan sains data yang termuat dalam jurnal-jurnal berintegritas, kedua editor buku ini menganggap bahwa isu mahadata lebih pas untuk menjadi judul buku daripada menampilkan judul sains data. Sebab, ada tiga tujuan dari buku ini. Pertama, ingin menggambarkan sumbangan potensial dari pemakaian mahadata dan AI untuk riset-riset empiris di bidang hukum, kebijakan serta kompleksitas di dalamnya.

Kedua, buku ini juga diarahkan untuk menunjukkan bagaimana pengembangan piranti mahadata dan AI untuk riset-riset di budang hukum dan kebijakan tersebut. Dan yang ketiga, buku ini juga diharapkan menjembatani celah antara piranti mahadata dan AI dengan riset-riset hukum secara empiris. Selama ini, ada celah ketika riset hukum harus melakukan penggalian data secara tepat, rinci dan berkualitas tapi data yang tersedia begitu banyak.

Ada 22 pakar di berbagai bidang keilmuan hukum, data saintis, profesional serta praktisi yang menyumbangkan tulisan dalam buku ini. Fokus utama mereka pada eksplorasi pengalaman yang telah dijalani saat menggunakan piranti mahadata serta AI. Berdasar pengalaman itu, mereka kemudian menyodorkan berbagai spektrum kemungkinan untuk mengembangkan evaluasi riset bertumpu pada pemakaian kedua piranti tersebut.

Riset hukum dan kebijakan memang akan selalu berhadapan dengan data jumbo. Banyak periset akan ciut nyali begitu tahu data yang dihadapinya luar biasa banyak, sedangkan keterampilan mereka untuk menata, memilih dan memilah data sangatlah minim, sehingga periset sering harus mundur atau menunda melakukan evaluasi terhadap produk hukum atau kebijakan yang telah beredar di masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan penguasaan keterampilan mengolah data yang lebih baik.

Akhirulkalam, jika riset evaluasi ibarat perahu besar untuk mengarungi lautan data, maka piranti mahadata dan AI bak alat untuk memudahkan periset mengarungi lautan data itu. Pada awal penjelajahan memang akan terasa sangat rumit, membutuhkan waktu lama dan ribet, tapi jika penguasaan itu sudah dilakukan, maka langkah-langkah riset evaluasi akan menjadi lebih mudah, cepat serta efisien.

*Penulis adalah akademisi dan periset

ikuti terus update berita rmoljatim di google news