Bupati Ngawi Tuding Pengawasan Covid-19 Di Temboro Magetan Kurang Maksimal

Munculnya klaster Temboro terkait penyebaran virus corona (Covid-19) membuat Bupati Ngawi Budi Sulistyono (Kanang) pasang kuda-kuda. Ia meminta kepada semua pihak baik pemerintah desa maupun lainya untuk aktif mengawasi dan mendata langsung para warga yang pulang dari Temboro Magetan tersebut.


Menyusul pengawasan di Temboro sendiri tidak maksimal serta informasi warga yang belajar maupun berinteraksi di wilayah itu tidak jelas jumlahnya maupun dari mana asal daerahnya. Kekhawatiran akan terpapar dari Covid-19 menjadi satu persoalan yang secepatnya harus diselesaikan dan diputus mata rantai penyebaran.

“Sejak awal kita sudah curiga pengawasan di Temboro ini. Maka setiap warga yang pulang dari sana harus diawasi betul,” terang Kanang, Jum’at, (24/4).

Kanang mengakui untuk saat ini sesuai data yang masuk tercatat 180 an orang baru saja pulang dari Temboro. Dari jumlah ratusan itu semuanya langsung dilakukan rapid test untuk mengetahui reaktif atau non reaktif dari paparan virus. Setelah dilakukan rapid test pertama diketahui ada 11 orang yang reaktif. Namun meski dinyatakan reaktif hasil rapid test belum tentu bisa dikategorikan positif dari virus corona karena masih menunggu hasil swab.

“Semua yang reaktif sesuai hasil rapid langsung ditindaklanjuti dengan swab dan hasilnya dikirim ke Surabaya. Karena mereka belum dinyatakan positif Covid-19 untuk sementara waktu harus menjalani isolasi mandiri secara ketat dirumahnya seperti di Babadan Paron,” ujarnya.

Kanang menegaskan, isolasi mandiri secara ketat harus diawasi bersama seperti di Desa Babadan yang diketahui ada 3 orang hasil rapid test dinyatakan reaktif terdiri anak, ibu dan pembantunya. Sehingga, isolasi ketat dilakukan sedangkan si suami harus dipisah dari keluarganya yang menjalani isolasi ketat itu. Untuk semua kebutuhan sewaktu menjalani isolasi ketat selama 14 hari harus dicukupi baik kebutuhan harian maupun kebutuhan kesehatan.

“Apakah mereka masuk kategori sebagai orang tanpa gejala (OTG-red) akan kita lihat karena selama ini mereka tidak ada gejalan sakit sedikitpun. Termasuk 11 orang yang reaktif sewaktu di rapid semuanya juga tidak sakit, semuanya sehat dan ini perlu kewaspadaan serta pengawasan dari kita jika mereka ada gejala panas maupun batuk-batuk maka akan ditarik untuk menjalani perawatan,” jelas Kanang.

Untuk mengantisiapsi jumlah warga yang notabene para santri pulang dari Temboro kata Kanang, pihaknya mempersiapkan isolasi mandiri berkapasitas ratusan orang di Agro Techno Park (ATP) Ngrambe. Untuk saat ini dalam taraf persiapan baik tenaga medis maupun pengawasan yang melibatkan personel dari TNI dan Polri.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news