Koalisi Gerindra dan PKB berpotensi goyah seiring masih ngototnya Prabowo Subianto dan Muhaimin Iskandar untuk menjadi calon presiden (capres).
- Respon Cak Imin soal Rencana Pemberian Gelar Pahlawan Soeharto: Kita Pasrah!
- Cak Imin: Kasus Penembakan PMI di Malaysia Harus Diusut Tuntas
- Cak Imin Minta Kapolri Usut Tuntas Kasus Penusukan 2 Santri Krapyak
Dinamika politik yang berkembang, ngotonya Prabowo maupun politisi yang karib disapa Cak Imin menjadi capres memang wajar. Sebab, keduanya diamanahkan partainya untuk menjadi capres.
Menurut pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga, Prabowo dan Cak Imin akan tetap bertahan menjadi capres sebelum partai menganulirnya. Hal itu memang dapat menggoyahkan koalisi Gerindra-PKB.
"Walaupun dalam logika politik, Cak Imin memang lebih layak menjadi cawapresnya Prabowo," demikian pendapat Jamiluddin Ritonga melansir Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (25/11).
Dalam pandangan Jamiludin ada dua pertimbangan mengapa Cak Imin hanya layak menjadi cawapres Prabowo.
Pertama, elektabilitas Cak Imin kalah jauh dengan Prabowo. Karena itu, wajar kalau Prabowo yang lebih layak menjadi capres.
Dua, perolehan suara Pileg 2019 PKB juga kalah dengan Gerindra. Atas dasar itulah, Jamiluddin menilai, ebih logis Prabowo yang menjadi capres daripada Cak Imin.
Saran Jamiluddin, fakta politik itu harus disadari PKB dan Cak Imin. Jika tidak, tentu tidak akan ada titik temu antara PKB dan Gerindra.
Jika tidak ada titik temu, Jamiluddin memprediksi akan membuka ruang terganggunya upaya untuk memperkuat koalisi kedua partai. Bahkan kalau Cak Imin dan PKB tetap ngotot, koalisi berpeluang besar akan bubar.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Respons Prabowo Soal Pemakzulan Gibran, Bukti Indonesia Bukan Negara Fasis
- Danantara Bukti Konsistensi Presiden Prabowo Konsolidasi Potensi Ekonomi
- Kiai Kampung Dukung Komitmen Presiden Prabowo Berantas Korupsi