DULU tahun 1989-1993, saya banyak tinggal di Papua. Saya sempat tiga tahun tinggal di dekat rumah Om Theys di Sentani, karena memang mess PT Merpati Nusantara Airlines itu dekat dengan rumah Om Theys.
Dan mereka punya anak laki-laki kira-kira berumur 14 tahun dan duduk di kelas 1 SMP yang sering mengobrol dengan saya dan belajar dengan saya kalau dia punya PR dari sekolah.
Suatu hari ketika kami mengobrol, saya bertanya pada anak Papua tersebut, "Ade apa kau pu cita-cita nanti jika kau sudah lulus sekolah mu?"
Lama dia tidak menjawab pertanyaan saya, seakan akan berpikir jauh dia. Tiba dia menjawab dengan singkat, "Kaka sa ta punya cita-cita.."
Kaget bukan main saya dengan jawaban ade Papua yang satu ini. Kemudian saya bertanya kembali, "Ade kenapa kau ta pu cita-cita, kau sudah sekolah dan kau pandai?"
Lalu dia balik menjawab serta bertanya pada Saya, begini katanya, "Kaka sa mau tanya adakah orang Papua jadi lurah atau camat atau bupati atau gubernur atau menteri di Jawa atau di Papua?"
Saya begitu terkejutnya dengan pertanyaan anak Papua yang masih duduk di SMP tersebut.
Dan saya berpikir benar juga adik Papua satu ini. Saya mulai berpikir politik Indonesia harus ada perubahan agar anak-anak Papua punya cita-cita?
Nah, sekarang setelah rezim Suharto tumbang, semua anak-anak Papua sudah bisa mengejar dan mengapai cita-citanya. Ada yang jadi lurah, camat, kepala daerah dan menteri.
Camkan baik-baik, Papua adalah saudara kita, saudara se-Tanah Air Kita. Mari hargai mereka semua.
Arief Poyuono
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Kirun dan Perubahan
- Polisi Enggak Mudik, Juga Enggak Mewek
- Perumahan Rakyat Merevolusi Semangat Orde Baru