Melonjaknya kasus Covid-19 di Kota Pahlawan, Pemkot Surabaya tidak ingin mengambil resiko dan memilih untuk menunda penyelenggaraan Pertemuan Tatap Muka (PTM).
- Maxy Academy Gelar Seminar di Unesa, Percik Minat Mahasiswa Terjun di Dunia Bisnis
- ISNU Jatim Dorong Semua Perguruan Tinggi NU Berstatus Akreditasi Unggul
- 217 Makalah Dipresentasikan Dalam Pengmas
Tjutjuk Supariono, anggota dewan komisi D fraksi PSI Surabaya turut mendukung keputusan pemkot untuk menunda berlangsungnya PTM pada bulan Juli mendatang.
“Pada bulan Juni 2021 ini, sudah terdapat 36 anak yang terpapar Covid-19. Mayoritas berasal dari anak 16-18 tahun sebanyak 13 kasus, dan dilanjutkan dengan 12 kasus dari anak usia 3-6 tahun. Dengan lonjakan kasus Covid-19 di Surabaya, saya rasa perlu untuk dilakukan penundaan PTM. Keselamatan anak nomor satu,” ujar Tjutjuk kepada Kantor Berita RMOLJatim, Rabu, (30/6)
Terkait penundaan PTM, kata Tjutjuk, pemkot juga perlu berfokus untuk mempersiapkan metode online class yang lebih efektif.
Kualitas dari online class harus terus dipantau, tidak hanya memberikan tugas secara daring, namun setiap guru juga wajib terus memberikan materi belajar bagi siswa. Setiap sekolah juga wajib untuk memberikan salinan materi secara hard copy, agar memudahkan siswa dalam belajar.
"Selain itu, bagi orang tua yang bekerja dan tidak bisa mendampingi anaknya, setiap sekolah juga wajib untuk memberikan asistensi kepada siswa, sehingga masih ada guru yang tetap standby untuk siswa yang membutuhkan pendampingan. Asistensi ini juga dapat berlaku bagi para siswa yang tidak memiliki gadget, sehingga mereka masih mendapat materi pembelajaran," kata Tjutjuk.
“Mayoritas tugas yang diberikan oleh guru harus project based learning (PjBL). Metode ini sangat cocok karena siswa banyak menghabiskan waktu di rumah. Sehingga mereka dapat belajar dari masalah sekitar, mengeksplorasi, berpikir kritis, dan dapat menghasilkan inovasi. Penilaiannya tentu menitikberatkan pada proses siswa, tidak seperti kelas konvensional yang penilaiannya lebih dominan pada hasil” sambungnya.
Diketahui kasus covid-19 di Surabaya sudah menembus angka 25 ribu lebih dengan angka kematian sebanyak 1.393 jiwa. Angka BOR (Bed Occupancy Rate) di Surabaya untuk tempat tidur Covid sudah mencapai 93%, dan untuk tempat tidur isolasi sudah menembus 94%.
“Hampir seluruh rumah sakit di Surabaya sudah terisi penuh, bahkan banyak yang tidak kebagian tempat. Data menunjukkan bahwa kasus penularan anak banyak berasal dari keluarga dan orang tua yang bepergian. Untuk itu, saya mengimbau masyarakat untuk terus menaati protokol kesehatan, dan jangan keluar rumah bila tidak ada urusan penting” tutup Tjutjuk.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Prof Sri Gunani Partiwi Gagas Industri Nasional dengan Pendekatan Klaster Industri
- Akademisi Beri Solusi Pelaksanaan PPG Ratusan Guru PAI di Jember
- Ringankan Beban Orang Tua Siswa, Blegur Prijanggono Pasang 100 Titik Wifi Gratis di Surabaya