Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak meyakini bahwa persatuan dan kesatuan yang telah memperkuat kebangsaan tidak bisa dibangun tanpa adanya rasa empati. Hal ini dikarenakan dalam empati ada kepekaan untuk membangun komunikasi yang lebih baik.
- Dinilai Peduli dengan Santri, Ganjar Dideklarasikan Sebagai Presiden oleh Kiai Kampung
- Pesan AHY, Kader Demokrat Tidak Terlalu Euforia Sambut Putusan MA
- Kemendagri Tambah 113 Juta Blanko E-KTP Jelang Pemilu 2024
Emil, begitu ia akrab disapa, lantas bercerita ketika tahun 2017 mengikuti fellowship ke Massachusetts Institute of Technology (MIT) Amerika Serikat. Dimana dalam fellowship itu ia diajarkan tentang empati. Ditambah ada sebuah kepercayaan bahwa kreatifitas masa depan bukan dibangun dari kreatifitas individual, tapi dari co-creation.
"Di sana kami diajarkan mendesain ulang subway di Boston untuk penyandang disabilitas, dan kami disana mencoba jadi penyandang disabilitas menggunakan tongkat atau kursi roda. Nilai-nilai ini yang kemudian bisa kita petik bahwa rasa kebangsaan tidak bisa muncul tanpa adanya empati, dan empati ini yang akan kita bangun bersama,†kata Emil dikutip Kantor Berita .
Selain menumbuhkan empati, lanjutnya, memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bisa dilakukan dengan membangun ruang publik sehingga komunikasi terjalin dengan baik. Apalagi ia meyakini Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, adalah tokoh bangsa yang berpengalaman membawa bangsa ini dalam mempererat persatuan dan kesatuan, serta memiliki sejarah panjang dalam menjaga kebersamaan.
"Kami juga memiliki program Jatim Harmoni dalam Nawa Bhakti Satya yang membuka ruang bagi seniman dan atlet untuk memainkan peran teladan di masyarakat. Bila nilai humanistik ini dibangun dan kita berbicara soal alam dan budaya, saya yakin tidak ada sekat karena kepentingan kita sama dan kita bisa lebih bersatu,†katanya.
Terkait acara ini, Emil mengapresiasi atas dilaksanakannya Gerakan Suluh Kebangsaan yang dilandasi keprihatinan atas apa yang berpotensi mempengaruhi soliditas Bangsa Indonesia. Apalagi saat ini, sebut Emil, era persaingan industri yang ketat memunculkan paradigma baru dalam perdagangan dunia. Dimana negara Asia Tenggara dan Asia Selatan berebut relokasi industri dari China.
"Di tengah perang dagang saat ini, sangat tidak tepat bila kita bertengkar dalam negara sendiri, maka inisiatif yang digagas Prof Mahfud ini sangat baik menurut saya,†katanya.
Emil juga berharap dialog kebangsaan ini menjadi momen dalam menggugah semangat kebangsaan generasi muda penerus bangsa. Apalagi gerakan ini dimulai dari Merak, Banten sampai Banyuwangi.
"Bahwa pembangunan tujuannya mempersatukan, bukan hanya sekedar mencetak uang atau mengisi uang, tapi pembangunan infrastruktur untuk menyatukan bangsa. Kita harus berjuang keras membuat infrastruktur itu berkelanjutan,†katanya.
Emil lantas mengutip apa yang disampaikan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, bahwa Jatim adalah mata air bangsa dengan sejarah panjang Sumpah Palapa menyatukan nusantara. Tidak hanya itu, banyak tokoh bangsa berasal dari Jatim seperti HOS Cokroaminoto, Ir. Soekarno, dan KH. Hasyim Azhari.
"Atas nama Pemprov Jatim saya menyampaikan terima kasih acara ini bisa dilakukan di Jatim, semoga bangsa kita bisa melalui proses demokrasi ini dengan baik, kepala dingin dan menghasilkan kepemimpinan nasional serta mampu menjaga momentum yang kita capai selama ini,†katanya.[aji]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Bawaslu Buka Pendaftaran 1.984 Formasi CPNS Mulai 20 Agustus
- Dugaan Kecurangan Pemilu: Pergantian Kalapas Picu Keberatan dari Anggota DPR RI
- Rajut Persatuan Atasi Covid-19, Jokowi Bisa Memulai Dengan Minta Maaf