RMOLBanten. Ada empat pola yang digunakan kelompok terorisme yang ada di
Indonesia untuk merekrut 'calon pengantin' aksi terorisme.
- Punya Strategi Penyidikan, KPK Tegaskan Akan Kembali Panggil Azis Syamsuddin
- Saksi Cabut Keterangan, Iptu Eko Julianto Beber Kejanggalan Penyimpanan Barang Bukti Perkara
- Diimingi Hadiah Baju, Gadis Lulusan SMP di Bangkalan Jadi Korban Pemerkosaan
"Setidaknya ada empat pola rekrutmennya," kata Ketua KPAI, Susanto .
Pertama, melalui modus perkawinan sebagaimana kasus Bekasi. Kedua, modus indoktrinasi lewat melalui media sosial.
"Pola perkawinan dilakukan melalui pendekatan di media sosial di mana seseorang dinikahi dalam kurun waktu yang relatif singkat. Lalu pola indoktrinisasi seringkali dipilih oleh jaringan teroris adalah kalangan remaja," katanya.
Pola selanjutnya masuk dari sektor pendidikan dan keluarga.
Ketiga, patronase guru. Keempat, infiltrasi terorisme melalui keluarga.
Susanto menyebutkan, modus patronase guru dengan cara menyusup ke dalam lembaga pendidikan. Cara ini dianggap sangat mudah karena dapat mempengaruhi anak-anak mengingat guru merupakan sosok yang diyakini membawa kebenaran.
Dan terakhir seperti diperlihatkan pelaku teror bom di tiga gerja dan Polrestabes Surabaya yakni infiltrasi keluarga.
"Memang pola ini tidak mudah untuk dideteksi karena terjadi pada ruang-ruang tak terpantau oleh orang sekitar," terangnya.[dzk]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Hati-hati Modus Pemerasan Berkedok Nomor HP Ketua KPK
- Bareskrim Terima Aduan Dugaan Pencabulan Anggota DPR RI
- Apel Pasukan Skala Besar Bulan Bakti TNI - Polri, Polrestabes Surabaya Jaga Kondusifitas Pemilu