Petani di kabupaten Situbondo, Jawa Timur, terancam merugi karena pupuk langka dan harga gabah yang tak kunjung membaik.
- GGN Gelar Kajian dan Tausiah di Majelis Taklim An Najah Mojokerto
- PPKM Darurat, Banyuwangi Perkuat Tempat Isolasi dan Percepat Vaksinasi
- Apresiasi Para Insan Kepemudaan dan Olahraga Berprestasi, Gubernur Khofifah: Pengharum Nama Jatim di Kancah Global
Hal itu dikatakan oleh anggota komisi B DPRD Jatim dr Agung Mulyono ketika dikonfirmasi RMOLJatim pada senin (5/7).
"Memang keluhan ini sudah lama mereka rasakan. Hasil pertanian tidak sesuai dengan produksi, kadang impas. Ini karena pupuk sangat langka," katanya.
Politisi politisi Partai Demokrat tersebut langsung berkoordinasi dengan Dinas Pertanian (Distan) Jatim setelah mendengar keluhan kalau harga gabah di Situbondo anjlok.
Dia berharap agar kondisi yang tidak menguntungkan petani itu bisa segera ditindaklanjuti oleh Pemprov Jatim.
Anggota DPRD Jatim dari Dapi Situbondo-Bondowoso-Banyuwangi itu menduga, para petani memanen gabahnya lebih awal karena terdesak kebutuhan, sehingga harganya jatuh.
"Saya berkoordinasi dengan dinas pertanian yang pertama mereka memanen lebih awal karena kebutuhan, yang kedua mereka panennya kecepatan. Seandainya satu minggu lebih lama panen kadar airnya rendah dan harganya jadi naik," tambahnya.
Alumnus Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) itu mendorong agar Pemprov Jatim melakukan penyuluhan mengenai prosedur panen yang benar, agar para petani memanen gabah tepat waktu.
Pasalnya, jika gabah dipanen tepat waktu, maka kadar airnya akan rendah dan harganya bisa stabil.
Selain itu, petani didorong untuk menjual gabah mereka ke tengkulak yang kredibel agar harganya sesuai pasar.
"Jadi intinya saya sebagai wakil rakyat seperti ini tapi saya sudah koordinasi dengan dinas pertaniam untuk pembinaan dan penyuluhan sehingga kalau memang seminggu lagi dipanen maka harganya kemungkinan bisa naik," pungkasnya
Seperti diketahui, kendati sudah melewati masa panen raya, harga gabah di kabupaten Situbondo, Jawa Timur justru mengalami penurunan yang sangat signifikan.
Harga gabah ditingkat petani, saat ini berkisar pada Rp 3.800 hingga Rp 4000 untuk gabah kualitas super.
Padahal, sewajarnya, harga gabah bisa tembus hingga Rp 4.800 hingga Rp 5.200 untuk kualitas gabah super. Jika harga gabah masih bertahan dibawah Rp 3.900, bisa dipastikan biaya produksi tidak akan mampu tertutupi.
"Kalau harga gabah super itu 4 ribu rupiah mas, kalau kualitas standart ya harganya paling mahal 3.800 rupiah. Itu belum potongan kekeringan gabah, semakin basah gabah maka semakin tinggi potongan beratnya," terang Ahmad, salah satu pengepul gabah, di Situbondo, kepada RMOLJatim, Jumat (2/6).
Masih menurut Ahmad, turunnya harga gabah terjadi diluar panen raya akibat rendahnya daya jual beras, faktor pandemi COVID-19 salah satu pemicu dominan.
"Kami mengikuti harga dari pasaran, sekarang daya beli gabah memang rendah. Kalau harga gabah tinggi, kami tetap ambil tinggi juga ke petani," tutupnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Camat dan Lurah diminta Selektif, Wali Kota Eri Cahyadi Tegaskan Rusunawa Khusus MBR
- PPKM Resmi Dicabut, Wali Kota Eri Beberkan Strategi Percepatan Laju Perekonomian
- KAI Daop 7 Madiun Gencar Sosialisasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang