Inilah Akibat Jokowi Mempercayakan Orang Bermasalah Seperti Terawan, Sosok yang Dipecat IDI

Sepekan ini sudah 4 kasus positif virus corona baru atau Covid-19 yang diumumkan pemerintah. Pengumuman cukup mengejutkan lantaran pekan sebelumnya pemerintah dengan gagah memastikan Indonesia zero corona.


Dalam mengantisipasi virus mematikan asal Wuhan, China itu, pemerintah dinilai kurang maksimal.

Tidak ada langkah-langkah yang memberi kenyamanan dan perlindungan pada rakyat atas sebaran corona.

Pengamat politik dari Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah menilai pangkal dari penanganan yang lambat ini adalah langkah Presiden Joko Widodo di awal periode kedua.

Menurut Dedi, Jokowi mengambil risiko mempercayakan orang bermasalah menempati jabatan sebagai Menteri Kesehatan.

Pasalnya Menkes Terawan Agus Putranto, sambung Dedi, merupakan sosok yang penuh polemik.

Di tahun 2018 lalu, mantan kepala RSPAD Gatot Subroto itu sempat dipecat sebagai anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Hal ini terkait dengan metode cuci otak dalam menangani stroke yang kontroversial.

"Sejak awal memilih Terawan sudah penuh polemik. Disharmoni dengan para dokter,” terangnya dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (8/3).

Buntutnya, dalam menghadapi kasus corona, Terawan seperti bekerja sendiri dan tidak melibatkan pihak-pihak yang relevan.

Hasilnya, Terawan lambat dalam mengantisipasi corona dan kini sibuk meremehkan kehadiran virus yang telah mematikan ribuan orang tersebut.

“Soal wabah virus corona, Terawan seolah meremehkan dan memang lamban," sambung Dedi.

Atas alasan itu, Dedi mendesak agar Menkes Terawan segera dievaluasi dan dicopot sebagai menteri. Menkes pengganti harus orang yang mampu melakukan harmonisasi dengan pihak relevan di bidang kesehatan dan bekerja cepat.

“Jadi ini tanda tidak cermatnya presiden memilih menteri. Menkes baru harus segera dievaluasi dan dicarikan pengganti yang lebih cekatan dan mampu melakukan harmonisasi dengan pihak relevan di bidang kesehatan,” tutupnya.


ikuti terus update berita rmoljatim di google news