Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Nasir Djamil mengatakan, bahwa siapapun presidennya pada saat ini pasti ingin mengajak semua kekuatan politik untuk bergabung.
- Fuad Bawazier: Kenaikan BBM akan Timbulkan Inflasi Berantai, Bansos Bukan Solusi
- May Day, 100 Ribu Buruh Bakal Beraksi di Kawasan Istana Negara
- Kasus Aktif Covid-19 Turun 209 Orang, Sembuh 1.867 Pasien
"Kenapa, karena kami ingin konsisten, kami tidak menang maka kami berada di dalam barisan yang tidak menang itu," tandas Djamil usai diskusi Populi bertajuk "Politik Jelang Pelantikan", di Gado-Gado Boplo, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (19/10).
Nasir menjelaskan, sebenarnya komunikasi PKS dengan Presiden Joko Widodo terbilang baik. Jika kemudian Jokowi ingin merangkul PKS bukanlah sesuatu hal yang asing.
"Di Solo misalnya ketika beliau maju (walikota) untuk pertama kali, PKS ikut dalam barisan yang mengusung Pak Jokowi sebagai Walikota Solo. Jadi bukan sesuatu yang asing antar misalnya Presiden Jokowi dengan PKS," kata anggota DPR ini seperti dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL.
Kalaupun nanti PKS bertemu dengan Presiden Jokowi, itu dilakukan setelah pelantikan dan menteri Kabinet Kerja jilid II telah diumumkan.
Jelas Nasir, langkah ini diambil lantaran tidak ingin publik menilai PKS tidak konsisten, dan tidak ingin para kadernya terombang ambing alias bingung dengan sikap elit di atas.
Presiden PKS M. Sohibul Iman sebelumnya mengaku diundang oleh Presiden Jokowi untuk bertemu. Namun undangan itu ditolak halus. PKS hanya bersedia bertemu setelah pembentukan kabinet.[aji]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Veronica Koman Tak Perlu Kembalikan Uang Beasiswa, Dulu Banyak Kader PKI Tidak Ditagih Negara
- Partai Demokrat Pinang Mujiaman Sebagai Bacawawali Surabaya, Rekom Diserahkan AHY
- Muslim Arbi: Cara Jokowi Bagi-bagi BLT Bisa Dianggap Pro Pengusaha Sawit