PADA masa sebagian masyarakat Indonesia kurang tidur akibat nonton Piala
Dunia 2018 setiap dini hari Waktu Indonesia, mendadak terberitakan
lewat media sosial maupun media massa bahwa di tengah suasana duka
tragedi KM Sinar Bangun, tokoh aktifis kemanusiaan, Ratna Sarumpaet
malah terlibat perselisihan pendapat dengan Menko Maritim Luhut Binsar
Pandjaitan.
Beda Kehendak
Ratna menghendaki agar
pemerintah melanjutkan upaya mencari jenazah korban yang masih berada di
dasar danau Toba. Sementara Luhut menghendaki bahwa sebaiknya
pemerintah menghentikan upaya mencari jenasah korban di dasar danau Toba
karena dikuatirkan jenazah sudah dalam kondisi hancur akibat sudah
terlalu lama terendam di dalam air.
- Surat untuk Champ
- Islam, Demokrasi dan Keadilan Sosial: Catatan Atas Pidato Dato' Seri Anwar Ibrahim
- Memalukan! Prestasi Atlet Nasional yang Hampa Nasionalisme Elite
Menurut pendapat saya, Ratna Sarumpaet
memiliki nilai pandang yang memang beda dari nilai-pandang Luhut Binsar
Panjaitan dan masing-masing merasa yakin bahwa nilai pandang dirinya
adalah yang benar.
Adalah Aylawati Sarwono yang menyadarkan saya tentang ikhtiar sang pujangga mantan Jubir Presiden Gus Dur nan senantiasa peka terhadap masalah sosial, Adhie M. Massardi yang melalui kicauan di twitternya berupaya mengajak kita kembali menghayati makna terkandung pada petilan mahapuisi Karawang-Bekasi mahakarya mahapenyair, Chairil Anwar : Kami cuma tulang-tulang bersererakan. Tapi adalah kepunyaanmu. Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan. [***]
Penulis adalah pembelajar kedalaman makna mahakarya-mahakarya Chairil Anwar
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Kasak-kusuk Politik: Rakyat Tidak Dilirik
- Kerasukan L'Etat, C'est Moi
- Pernyataan Ketua MPR Manifestasi Paling Gamblang Dari Hate Speech