Kasus Covid-19 kembali meningkat di Kota Surabaya, khususnya varian Omicron. Celakanya, dari hasil laporan ditemukan bahwa kasus Omicron yang menjangkit anak-anak usia 5-17 tahun cukup tinggi, lebih dari 17%.
- Tjahjo Kumolo Ngaku Tiap Bulan Pecat PNS Terpapar Radikalisme dan Korupsi
- Harga Minyak Dunia Terus Anjlok, Pemerintah Jangan Ingkar Janji Turunkan BBM Bersubsidi
- Terpilih Pimpin DPC Demokrat Bondowoso, Subangkit Adiputra Tatap Pemilu 2024
Menanggapi laporan tersebut, Tjutjuk Supariono selaku Ketua Fraksi PSI Surabaya menyoroti kondisi kesehatan siswa di lingkungan sekolah. Ia mendorong agar integrasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan Puskesmas ditingkatkan sebagai upaya mitigasi kasus omicron pada anak.
“Terkait dengan banyaknya kasus Covid-19 pada anak di Surabaya, saya meminta agar fungsi dan fasilitas UKS di setiap sekolah lebih dimaksimalkan lagi. Perlu adanya integrasi antara UKS dan Puskesmas, khususnya untuk menggalakkan testing dan tracing di sekolah,” ujar Tjutjuk yang juga merupakan Anggota Komisi D DPRD Kota Surabaya ini dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Senin, (21/2)
“Idealnya, jika siswa menunjukkan gejala saat berada di sekolah, siswa harus dikeluarkan dari kelas dan ditempatkan di UKS sampai orang tua atau wali dapat menjemput mereka. Selanjutnya, pihak UKS sekolah memberikan surat rujukan ke puskesmas untuk melakukan antigen di puskesmas terdekat secara gratis. Jika hasil tes negatif, siswa dapat kembali ke sekolah. Jika positif, siswa harus isoman dan sekolah perlu untuk tutup sementara, sekaligus dilakukan tracing. Dengan menggalakkan testing dan tracing di sekolah, saya yakin lonjakan kasus di sekolah dapat ditekan,” jelas Tjutjuk.
Menurutnya, pilihan untuk menutup sekolah secara masif dan mengembalikan metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) merupakan pilihan akhir. Sebab, varian Omicron ini memiliki gejala yang ringan dan mirip dengan flu biasa.
Selain itu, PJJ yang berkepanjangan sebelumnya terbukti menurunkan kompetensi belajar siswa (learning loss), sehingga menjadi penting bagi siswa untuk melakukan pembelajaran tatap muka (PTM).
“Inovasi metode pembelajaran di masa pandemi ini juga perlu dilakukan oleh sekolah. Seperti pembelajaran di luar kelas atau outdoor learning. Dengan memperbanyak kelas outdoor, maka siswa mendapatkan aliran udara yang baik dan alami. Selain itu, pembelajaran di luar kelas memiliki resiko yang rendah dalam penularan covid-19 jika dibandingkan dengan pembelajaran di dalam kelas. Sistemnya bisa dibuat mix, misalnya 3 hari di dalam kelas dan 2 hari di luar kelas,” terang Tjutjuk.
Tjutjuk menghimbau agar orang tua waspada dan terus membimbing anak-anaknya untuk melaksanakan protokol kesehatan. Meskipun sebagian kasus omicron memiliki gejala yang ringan, namun orang tua tidak boleh menyepelekan situasi ini.
Sampai saat ini (16/2), penambahan kasus aktif harian di Kota Surabaya adalah sebesar 2.195 jiwa, dengan total sembuh hari ini mencapai 1.922 jiwa. Sementara, untuk pasien yang meninggal dunia bertambah 6 orang.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Golkar Siap Tampung Ganjar Dampingi Airlangga di Pilpres 2024 Jika Tidak Ada Tempat di PDIP
- Resmi Calon Pilkada Jember 2024, Tim Pemenangan Fawait-Djoko Nyatakan Ikrar Baiat Cinta
- Kian Memanas dengan Rusia, Pemerintah Diminta Tarik WNI dari Ukraina